Jangan Lupa Berolah Sastra

Jangan Lupa Berolah Sastra

Prof Muhammad Fuad saat membacakan orasi ilmiah dalam pengukuhan guru besar FKIP Unila November 2022. -Melida Rohlita/radarlampung.co.id-

Di samping itu, berolah sastra profetik dapat dilakukan bukan sekadar untuk rekreasi, penyaluran hobi, atau hiburan belaka, tetapi bisa juga untuk autokritik, menertawakan diri sendiri (sang pembaca), karena menemukan sindiran, ejekan, atau cemoohan atas kekonyolan perilaku oknum tertentu yang boleh jadi pas atau cocok untuk pribadi sang pembaca. Wallahu a’lam bishshawwab.

D. Penutup 

Berdasarkan berbagai uraian di bagian terdahulu kiranya dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut. 

1. Fenomena absurd yang ditandai dengan berbagai praktik demoralisasi dan dehumanisasi oleh pihak yang seharusnya bermoral tinggi dan berperikemanusiaan tidak boleh dibiarkan terus terjadi jika bangsa ini tidak ingin mengalami kehancuran yang berawal dari kelemahan jiwa. 

2. Kekuatan jiwa bangsa ini perlu dibangun melalui gerakan edukasi dalam berbagai bentuk olah raga dan olah jiwa bisa jaya jika para pemimpin dan rakyatnya memiliki kekuatan jiwa, berakhlak mulia, dan berketuhanan. 

3. Tanda-tanda atau indikasi kehidupan suatu bangsa akan jatuh dan runtuh karena jiwa pemimpin dan rakyatnya rapuh, tidak berkhlak mulia, dan tidak berketuhanan saat ini sudah semakin terasa dan tampak nyata.

4. Dengan pemahaman bahwa berolah sastra Indonesia bisa berarti berusaha membangun kekuatan jiwa, akhlak mulia, dan berketuhanan, mungkin saja fenomena absurd demoralisasi dan dehumanisasi di berbagai instansi selama ini terjadi karena di situ kurang atau tidak pernah ada gerakan berolah sastra. 

5. Saran kepada siapa pun kamu, saya, atau dia yang secara de facto dan de jure telah ditakdirkan hidup sebagai pemimpin atau rakyat jelata dan berbangsa Indonesia adalah jangan lupa berolah sastra. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: