Jangan Keliru Memaknai Gempa Megathrust di Selat Sunda, Yuk Simak Penjelasan Lengkap Dari BMKG

Jangan Keliru Memaknai Gempa Megathrust di Selat Sunda, Yuk Simak Penjelasan Lengkap Dari BMKG

Ilustrasi gempa.-blende12/pixabay-

RADARLAMPUNG.CO.ID - Kepala BMKG Lampung melalui Seksi Data dan Informasi Rudy Haryanto mengatakan, banyak pemberitaan yang keliru memaknai pernyataan potensi gempa megathrust Selat Sunda dan Mentawai.

"Pembahasan mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal baru, sudah lama, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi Gempa dan Tsunami Aceh 2004," katanya, Rabu, 21 Agustus 2024.

Menenurutnya, kembali munculnya pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini atau warning yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian.

"Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun," kata dia.

BACA JUGA:Pj. Gubernur Samsudin Ajak Perusahaan Swasta Bersama Perbaiki Jalan Rusak di Lampung

BACA JUGA:Tokito Coffee, Cafe Vibes Jepang di Bandar Lampung yang Bikin Nongkrong Makin Betah

"Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," jelasnya.

Pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, kata dia, sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang. 

"Menariknya, gempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 beberapa hari lalu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai," kata dia.

"Peristiwa semacam ini menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut," sambungnya.

BACA JUGA:Program Zero Waste to Landfill BRI, Aksi Nyata BRI Menuju Zero Emission 2050

BACA JUGA:UKM Robotika Teknokrat Kembali Raih Juara Nasional

Nah, terkait pemberitaan gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut 'tinggal menunggu waktu' yang disampaikan sebelumnya, dirinya menerangkan hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

Tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: