ITERA Berdayakan Siswa SMAN 6 Metro Kembangkan Budidaya Ikan Bioflok Berbasis IoT
Foto dok Itera.--
RADARLAMPUNG.CO.ID – Sebidang lahan kecil di SMA Negeri 6 Metro kini bertransformasi menjadi pusat inovasi akuakultur masa depan, di tengah pertumbuhan penduduk Kota Metro yang terus meningkat dan ketersediaan lahan kosong yang semakin menipis.
Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) tersebut didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch III Tahun Anggaran 2025.
Dalam kegiatan tersebut, tim dosen Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang diketuai Christio Revano Mege, M.T., berhasil mengajak 20 siswa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) untuk membangun dan mengelola unit budidaya ikan nila berbasis bioflok yang dilengkapi teknologi Internet of Things (IoT).
Tujuan kegiatan ini bukan sekadar proyek teknologi, tetapi menjadi langkah nyata untuk mengintegrasikan pendidikan, kewirausahaan, dan solusi pangan berkelanjutan dalam satu ekosistem belajar.
Pendekatan yang digunakan adalah Contextual Teaching and Learning (CTL), di mana para siswa tidak hanya menerima teori, tetapi juga terlibat langsung mulai dari persiapan kolam terpal, aktivasi probiotik bioflok, hingga perancangan sistem otomasi menggunakan mikrokontroler ESP32, sensor pH, sensor TDS, dan sensor ketinggian air. Semua sistem terhubung ke aplikasi mobile berbasis Android yang memungkinkan pemantauan secara real-time melalui ponsel masing-masing siswa.
Sistem tersebut juga mengotomatisasi pemberian pakan dan menjaga aerasi tetap optimal, bahkan ketika listrik padam berkat baterai VRLA dan inverter sebagai sumber daya cadangan.
Dari dua unit kolam bioflok dengan kapasitas total 1.000–2.000 ekor nila, hasil panen diperkirakan mampu mencapai 300–400 kg per siklus (90–120 hari), dengan rasio konversi pakan (FCR) di bawah 1,2 dan tingkat kelangsungan hidup di atas 90 persen.
Hasil panen nantinya tidak hanya berupa ikan segar, tetapi juga produk olahan bernilai tambah seperti nugget ikan rendah garam, abon nila, hingga fillet vakum, yang dikemas menggunakan vacuum sealer sehingga mampu memperpanjang umur simpan hingga tujuh hari tanpa bahan pengawet kimia.
Produk-produk tersebut dapat dijual secara online maupun melalui kantin sekolah. Produk ini juga akan dijual dengan harga terjangkau dan diproyeksikan mampu menghasilkan omzet bulanan Rp3 juta–Rp5 juta bagi kelompok KIR setelah siklus kedua berjalan lancar.
Keberhasilan program ini terletak pada pemberdayaan siswa sebagai subjek utama. Para siswa tidak hanya menjadi operator, tetapi juga perancang sistem, mulai dari coding sederhana hingga troubleshooting ketika sensor mengalami gangguan.
Selain itu, fasilitas pascapanen berupa freezer 100 liter dan vacuum sealer memungkinkan diversifikasi produk pangan.
Lebih jauh, program ini memperkuat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tema Gaya Hidup Berkelanjutan, sekaligus mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) nomor 2 (Tanpa Kelaparan), 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Kepala SMAN 6 Metro, Sunarti, M.Pd., mengatakan inisiatif ini menjadi model kolaborasi ideal antara perguruan tinggi dan sekolah menengah.
“Lahan kecil yang dulu tak terpakai kini menjadi sumber protein, pendapatan, dan inspirasi bagi siswa lain,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
