disway awards

Berlubang, Bypass Panjang–Natar Jadi Ancaman Keselamatan Pengguna Jalan

Berlubang, Bypass Panjang–Natar Jadi Ancaman Keselamatan Pengguna Jalan

Kepala BPJN Lampung, Ali Duhari.---Foto: Prima Imansyah Permana/ Radarlampung.co.id.---

RADARLAMPUNG.CO.ID – Kondisi ruas Jalan Soekarno–Hatta atau Bypass dari Panjang, Bandar Lampung menuju Natar, Lampung Selatan kembali menjadi sorotan.

Lubang-lubang dan permukaan jalan yang rusak muncul di sejumlah titik yang hampir setiap tahun mengalami kerusakan serupa. Situasi ini membahayakan pengendara yang melintas, sebab jalan berlubang dan bergelombang kerap memicu kecelakaan lalu lintas.

Keluhan juga disampaikan masyarakat yang setiap hari melintasi jalur tersebut. Agung, warga Panjang yang rutin melewati Jalan Soekarno–Hatta untuk menuju kantornya di Rajabasa, mengaku khawatir dengan kondisi jalan yang menjadi lintasan kendaraan besar.

“Setiap hari lewat sini, banyak yang berlubang. Bahaya sekali bagi kami yang naik motor. Harus segera diperbaiki dan dijaga agar tetap bagus,” ujarnya.

Ia menambahkan, jalur ini kerap menjadi pilihan utama pengendara roda dua sebagai akses cepat dari Panjang menuju Rajabasa maupun sebaliknya, sehingga kondisi jalan yang aman dan layak sangat dibutuhkan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Lampung, Ali Duhari, mengatakan penanganan jalan nasional pada ruas tersebut tetap dilakukan secara berkala sepanjang tahun.

Menurut Ali, perawatan jalan pada paket Bandara Radin Inten – Natar – Simpang Hajimena hingga Bypass Soekarno–Hatta tetap dilaksanakan, namun tahun ini fokusnya adalah pemeliharaan rutin dan holding jalan.

“Penanganan yang kita lakukan saat ini berupa pemeliharaan rutin dan holding jalan. Bentuknya patching atau penambalan lubang, bukan tambal sulam. Pemeliharaan rutin dilakukan untuk menjaga kondisi jalan agar tetap fungsional,” ujar Ali saat dihubungi Radarlampung.co.id, Minggu, 16 November 2025.

Ali mengungkapkan, salah satu faktor utama cepat rusaknya ruas tersebut adalah tingginya aktivitas kendaraan berat, terutama yang masuk kategori over dimension and over loading (ODOL).

Armada logistik yang mengangkut komoditas seperti batubara, sawit, karet, pupuk, dan lainnya melewati lintas tengah dari perbatasan Sumatera Selatan menuju Pelabuhan Panjang setiap hari dengan volume tinggi.

“Jalan nasional lintas tengah ini masih menjadi tulang punggung logistik Sumatera. Sayangnya, banyak kendaraan berat yang kelebihan muatan,” jelasnya.

Meski Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) memiliki daya dukung lebih baik—dengan konstruksi beton (rigid)—jalur tersebut belum sepenuhnya menjadi pilihan para pelaku logistik.

Banyak operator angkutan masih memilih jalan nasional non-tol yang mayoritas berupa aspal (flexible), sehingga lebih rentan rusak saat dilewati kendaraan berkapasitas besar.

“Tol sebenarnya menawarkan struktur jalan yang lebih kuat. Namun karena alasan tertentu, jalan nasional tetap menjadi jalur favorit kendaraan berat, sehingga beban jalannya jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan infrastrukturnya,” kata Ali.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait