RADARLAMPUNG.CO.ID - Nama Ustaz Yusuf Mansur belakangan kerap menjadi sorotan gegara dugaan kasus penipuan yang tengah membelit dirinya.
Diketahui, penceramah kondang tersebut diduga terlibat polemik kasus PayTren, tabung tanah, hingga investasi batu bara yang belakangan menyeret namanya.
Ditengarai sempat kabur ke Mesir, Yusuf Mansur muncul kembali ke hadapan publik. Kepada awak media, pemilik pondok pesantren Daarul Quran itu mengaku tak akan kabur dari kasus-kasus yang sedang menjeratnya saat ini.
Di sisi lain, ada hal menarik yang juga disampaikan olehnya. Ya, di tengah polemik yang menjeratnya, Yusuf Mansur sempat membahas tentang keinginannya memiliki menantu hingga menimang cucu.
BACA JUGA:CEK FAKTA : Yusuf Mansur Mau Beli Real Madrid?
Hal tersebut ia sampaikan dalam sebuah video wawancara yang terunggah pada kanal YouTube KH Entertainment. Ia mengaku sedang berusaha keras untuk mencarikan calon suami bagi sang putri: Wirda Mansur.
Ia bahkan menyebut tak memiliki persyaratan tinggi bagi yang hendak menjadi menantunya. Ia mengungkapkan bahwa calon memantunya tak harus kaya, atau berasal dari keluarga terpandang.
Lantas, apa saja syarat calon mantu yang diingini Ustaz Yusuf Mansur?
Melansir dari YouTube KH Entertainment, Ustaz Yusuf Mansur menetapkan empat syarat agar bisa menjadi pasangan Wirda Mansur.
BACA JUGA:Rumah Ustaz Yusuf Mansur Digeruduk Puluhan Investor Batu Bara, Massa: Kami Datang Kok Ngacir?
"(Pertama) yang bisa berjuang untul Al-Qur’an. Yang bisa berjuang untuk dakwah. Lalu, yang bisa berjuang untuk kemiskinan dan kebodohan, dan (yang) mau terus belajar,” beber Yusuf Mansur.
Dalam wawancara itu, sang ustaz pun menyebut tak mempermasalahkan latar belakang keluarga calon menantunya kelak.
“Enggak penting dia anak orang kaya, enggak penting dia orang kaya atau anak orang hebat atau orang hebat, enggak penting dia anak penguasa atau dia penguasa,” tuturnya.
Di syarat keempat mengenai sosok yang mau terus belajar, Yusuf Mansur turut mengingatkan pentingnya berproses menjadi orang yang bermanfaat. Di mana, sebaik-baiknya manusia adalah yang membawa manfaat. (*)