Kemudian sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib tumbuh tinggi karena pada triwulan I ada pencairan gaji ke-14 untuk pegawai.
Selanjutnya untuk sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 15,89 persen.
"Tanaman pangan tumbuh positif. Karena padi dan ubi kayu yang naik dan produksinya tertinggi di Sumatera. Kemudian tanaman perkebunan seperti mulai musim giling tebu,” ucapnya.
Sedangkan jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami kontraktif sebesar -6,63 persen. Dari hasil survei, jumlah pasien rawat jalan mengalami penurunan.
Begitu juga pendapatan klinik atau rumah sakit swasta, ikut mengalami penurunan.
"Jasa keuangan juga mengalami kontraktif dan -2,85 persen. Kemudian pengadaan air -2,05 persen dan konstruksi -0,54 persen,” kata dia.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II/2022 dibandingkan dengan triwulan I/2022 menurut pengeluaran, pertumbuhan tinggi terjadi dari komponen PKP (pengeluaran konsumsi pemerintah) yang tumbuh sebesar 29,92 persen.
Diikuti komponen ekspor barang dan jasa 6,15 persen serta dan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,37 persen.
Sementara impor barang dan jasa kontraksi -3,33 persen Menurut pengeluaran dari sisi pengeluaran pada triwulan II/2022 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, semua komponen pengeluaran tubuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah pusat 29,92 persen.
Ini disebabkan oleh meningkatnya realisasi pada semua jenis belanja, baik APBN maupun APBD.
"Untuk pertumbuhan ekonomi triwulan II/2022 dibandingkan dengan triwulan II/2021. Distribusi dan pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha di sumbang dari sektor pertanian sebesar 29,66 persen, sektor industri pengolahan 18,67 persen, sektor perdagangan 12,69 persen dan konstruksi 9,41 persen,” urai Endang Retno.
Pada triwulan II/2022, pertumbuhan sektor pertanian jika dibandingkan dengan triwulan II/2021 adalah sebesar 2,49 persen.
Sektor industri tumbuh sebesar 8,42 persen, sektor perdagangan tumbuh signifikan 14,55 persen dan sektor konstruksi 4,93 persen.
"Berdasar y-on-y, menurut lapangan usaha pada jasa lainnya sebesar 26,45 persen, jasa perusahaan 14,84 persen, perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor 14,55 persen, serta transportasi dan pergudangan sebesar 14,2 persen," ujarnya.
Sementara lapangan usaha ada lima sektor kontraksi. Yaitu administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; pertambangan dan penggalian; jasa keuangan; informasi dan komunikasi; dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. (*)