Namun mereka (korban, red) menilai belum ada niatan baik dari pihak pengelola dalam mengakomodir apa yang dialami para korban tersebut.
"Kejadian itu, telah berlangsung selama lebih satu pekan. Yang tepatnya kejadian terjadi, Kamis, 13 Oktober 2022 meski telah pernah didatangi, hanya sebatas omdok (omong doang, Red). Sehingga kerugian dialami keluarga, mulai dari trauma psikis sampai kepada korban materiil," keluhnya.
Sementara itu, saat kejadian beruntung sang ayah sedang berada di kamar mandi belakang rumah, tepat disebelah runtuhan didinding rumah setelah dihantam oleh pagar pembatas SPBU yang diapit hanya oleh siring berukuran tak lebih satu meter tersebut.
"Itu kenapa kami belum dapat memutuskan, sebab apa? Letaknya cukup mepet kedinding. Apalagi terlihat dibeberapa sisi telah mengalami keretakan," tegasnya.
Sehingga, pihak keluarga mengalami nasib naas itu memilih belum mengisi rumah tersebut. Selain bocor dikala hujan yang sedang mendera di sana belakangan juga perabotan banyak yang rusak.
Seperti misalnya tempat tidur, lemari dan lainnya. Mereka pun turut membawa barang - barang yang masih bernilai dititipkan kepada kerabatnya. Dan disana hanya ditunggu oleh keluarga secara bergantian.
"Kadang saya, ibu, bapak, kakak, adik dan beberapa kerabat menjaga rumah. Kalau anak saya kan baru berumur satu tahun setengah, sehingga tak dibawa kemari tapi dengan ibunya dirumah mertua," ucapnya lirih.
Sehingga mereka berharap ada kesadaran dari pihak pengelola SPBU memahami apa yang dialami warga menjadi korban runtuhnya pagar pembatas itu.
BACA JUGA:Superindo Kembali Adakan Promo selama 4 Hari, Catat Tanggalnya
"Jangan seperti sekarang yang berlarut - larut seperti ini, mereka menggeser sedikit atau membeli sebagian atau rumah kami ini. Sebab, keadaanya sudah tidak layak begini," ujarnya. (*)