Kolonel Makmun Rasyid: Menolak Tunduk

Selasa 08-11-2022,15:30 WIB
Editor : Alam Islam

Beberapa pejuang terluka ringan termasuk Kolonel Makmun Rasyid  terluka telapak tangan kirinya.

"Seorang penyusup menyerang  dengan golok, saya menghindar dan menangkap goloknya, tapi tangan kiri saya terkena ujung senjata lawan", kisah Makmun Rasyid kepada adiknya Rahim Rasyid tentang peristiwa itu.

"Sulit dipercaya, bagaimana mungkin Bang Makmun Rasyid bisa terluka padahal sejak kecil kami belajar silat harimau aliran sitaralak Minangkabau (silat ini disebut  starlak, terlat, sterlak atau sterlat berasal dari kata achTERLAAD, sejenis senapan api. Disebut sitaralak atau sterlat karena gerakan pendekar silat ini dipercaya melebihi kecepatan peluru senapan achterlaad), tapi sudahlah itu semua takdir Allah,  yang penting nyawanya selamat", berkisah Rahim Rasyid  pada Mukhtaruddin anaknya suatu sore dipenghujung Desember 1997.

Rahim Rasyid bukan tentara tapi tergabung dalam laskar rakyat, selama perang berlangsung dia lebih banyak menghabiskan waktunya di markas pejuang di Kampung Pematang, oleh Makmun Rasyid, dia diberi tugas sebagai penyelidik atau mata-mata.

Akhirnya 

Apa yang dikatakan M. Soleh Ali Koordinator Pertahanan Wilayah Kalianda kepada Wedana A. Kadir. K. Ratu bahwa Belanda pasti akan pergi dari Indonesia menjadi terbukti.

Semua itu tak lepas karena perjuangan militer dan diplomasi fihak republik. Yang puncaknya ketika Konferensi Meja Bundar (Nederlands-Indonesische Rondetafel Conferentie) ditanda-tangani di Den Haag Belanda tanggal 23 Agustus s.d 02 November 1949  yang berisi pengakuan Belanda atas kedaulatan kita.

Malam itu Kolonel Makmun Rasyid beserta pimpinan pejuang lainnya sulit memejamkan mata meski hari sudah larut malam.

Sebab esoknya tanggal 18 Desember 1949 akan dilakukan penyerahan kekuasaan dari Belanda ke fihak Indonesia.

Dan hari yang dinanti itupun tiba, pagi-pagi, 1 peleton pasukan TNI dan ratusan laskar rakyat berangkat dari Rayon Tanjungan dipimpin Kolonel Makmun Rasyid menuju Detachement Tentara Belanda di Kalianda.

Ketika Bendera Belanda diturunkan dan merah putih dikibarkan, suasana hati para pejuang diliputi bermacam perasaan. Haru, bangga dan bahagia tentunya.

Upacara selesai, Kolonel Makmun Rasyid bergegas pulang, bersujud pada Guru Rasyid ayahnya dan Mas Ayu Habibah ibunya.

Mereka Telah Tiada

Kolonel Makmun Rasyid, M. Soleh Ali, Temenggung Sulaiman, Serma Harun, Rahim Rasyid ataupun 12 orang pejuang yang gugur dalam Perang 5 Jam di Kalianda telah lama tiada.

"Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu", tulis Chairil Anwar dalam sajaknya Krawang -Bekasi. 

# Selamat Hari Pahlawan 10 November 2022

Tags :
Kategori :

Terkait