Ini menyebabkan berubahnya tingkat keasaman air dan ikan kekurangan oksigen hingga mati massal.
Sebelumnya, fenomena ikan mati mendadak di Danau Ranau terjadi pada 2011 silam.
Saat itu, fenomena ikan mati mendadak ini tidak terjadi menyeluruh. Hanya terlihat di kawasan keluarnya mata air panas.
Di mana, air danau yang menjadi lokasi matinya ikan berwarna putih susu dan berbau gas belerang.
BACA JUGA: Harus Tahu! Ini Perbedaan E-KTP Biasa Dengan E-KTP Digital dan Keuntungannya
Peristiwa serupa juga terjadi pada periode 50 tahun terakhir. Yakni pada 1962, 1993,1995, dan 1998.
Dilansir dari esdm.go.id, hasil pemeriksaan fenomena ikan mati pada 2011, lokasinya berdekatan dengan tiga sumber mata air panas.
Meliputi mata air panas Kota Batu, Ujung dan sumber mata air panas Way Wahid. Tapi tidak ditemukan ganggang yang mati di permukaan danau tersebut.
Pada lokasi tersebut tidak tercium bau gas belerang. Air danau berwarna bening dan terdapat gelembung-gelumbung gas dari dasar danau di kawasan sumber mata air panas.
Kematian ikan ini disebabkan pelepasan gas belerang (gas H2S) ke permukaan di kawasan mata air panas.
Ini menyebar ke sejumlah arah berdasar arus dominan. Keberadaan gas H2S terkait dengan adanya manifestasi panas bumi (hidrotermal).
Gas hidrotermal ini terperangkap di dalam pocket pada waktu tertentu dan akan lepas ke permukaan setelah terjadi tekanan yang disebabkan gangguan seperti goncangan gempa bumi tektonik.
H2S keluar lewat zona lemah, yaitu titik keluarnya air panas.
BACA JUGA: Lulusan Paket C Bisa Daftar UTBK SNBT 2023, Ini Persyaratannya
Peristiwa gempa bumi tektonik 5,1 SR di Bengkulu pada 29 Maret 2011 memicu peningkatan tekanan pada sesar di sekitar Danau Ranau.