Untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan Danau Ranau, pada periode tertentu petani diharapkan mengurangi budidaya.
BACA JUGA: Kabupaten Ini Mulai Terapkan E-KTP Digital, Sementara untuk Kalangan...
Kemudian memilih pakan yang mengapung untuk meminimalisir pengendapan yang bisa menimbulkan gas metan sehingga berdampak pada ikan maupun organisme lainnya.
Dampak negatif lainnya bisa membuat tanaman pengganggu seperti enceng gondok akan dengan cepat tumbuh.
Diketahui, puluhan ribu ikan di perairan Danau Ranau, Kecamatan Lumbok Seminung mati mendadak.
Puncak peristiwa tersebut terjadi, Selasa sore 10 Januari 2022.
BACA JUGA: Mau Tahu? Ini Cara Khusus Dapat Kartu Prakerja Gelombang 48 Sekaligus Bansos Lainnya
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat belum bisa menangani fenomena tidak biasa yang dikenal masyarakat setempat dengan istilah bentilehan.
Menurut Andy, salah seorang warga, tidak hanya hasil budidaya. Ikan liar di Danau Ranau juga mati massal.
Kondisi tersebut ditandai dengan perubahan warna air danau. Dari warna biru kehijauan, berubah hitam kecoklatan dan tercium seperti aroma belerang.
Lalu ikan naik ke permukaan air. Tak lama, ikan-ikan mati mendadak.
BACA JUGA: Because of This, It Can be Difficult for Certain People to Get Employment
Peristiwa serupa terjadi pada 2018 silam. Saat itu, puluhan ton ikan mati mendadak dan menyebabkan pengusaha keramba mengalami kerugin.
Terkait fenomen tersebut, Sekretaris Dinas Perikanan Relegius Usman menyatakan pihaknya sudah menurunkan tim untuk memeriksa kondisi perairan Danau Ranau.
“Tim sudah di lokasi untuk melakukan pendataan. Sementara dilaporkan, sekitar 12 ton ikan yang terdampak dengan estimasi kerugian mencapai Rp 240 juta,” sebut Relegius Usman mewakili Kadis Perikanan Lampung Barat Kamaludin.
Menurut Relegius, pihaknya juga akan memfasilitasi pembudidaya untuk mendapatkan keringanan pembayaran modal dari perbankan.