RADARLAPUNG.CO.ID- Agama saat ini mengalami disrupsi atau perubahan yang sangat cepat di era digitalisasi yang mampu memporak-porandakan tatanan dalam kehidupan masyarakat.
Hal itu dikatakan Kepala Kanwil Kemenag Lampung, Puji Raharjo dalam pembinaan paham keagamaan di Alvia Hostel, Rabu, 31 Mei 2023.
Puji menjelaskan agama memiliki dua sisi yang berlawanan. Pertama agama bisa mendamaikan dan sisi kedua agama bisa menjadi alat perpecahan.
"Ya, saat ini terjadinya disrupsi keagamaan yang perubahan yang sangat cepat," jelas Puji.
BACA JUGA:Simak, Ini 17 Rekomendasi DPRD untuk Perbaikan Kinerja Pemkab Lamtim
Puji menuturkan tiga masalah yang dipetakan dari disrupsi keagamaan saat ini. Yang pertama yakni berkembangnya cara sikap beragama yang berlebihan dengan mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan di kehidupan masyarakat.
"Ada yang baru belajar ngaji sudah paling alim di akhirat, akhirnya mengkafir-kafirkan orang lain, melakukan kekerasan atas nama agama, jadi kita tak bisa menegakkan agama untuk melakukan sesuatu yang baik dengan cara yang tidak baik," sambungnya.
Lebih lanjut, Puji menyampaikan supaya tidak ada sikap praktik agama yang berlebihan dalam kehidupan dan tidak membuat benturan di kehidupan masyarakat, maka pentingnya memahami esensi ajaran beragama.
"Contohnya kasih sayang, anti kekerasan, dan saling membantu satu sama lain," ungkapnya.
BACA JUGA:Sakit Kepala Karena Kebanyakan Minum Kopi? Coba Antisipasi Dengan Langkah Ini
Selanjutnya pemetaan agama yang kedua adalah berkembangnya klaim subjektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama.
"Islam ini sudah 1500 tahun lebih, di Indonesia Islama masuknya lewat, pedagang dari Timur Tengah, Afrika, dan lain sebagainya. Sehingga pemahaman keagamaan berbeda-beda tergantung guru kita masing masing," kata Puji.
Puji menambahkan, mengapa banyak orang yang mengklaim kebenaran agamanya masing-masing dikarenakan masyarakat saat ini ingin dapat jawaban instan atas pertanyaan agamanya.
"Jadi, PR saat ini mencerdaskan kehidupan agama, bahwa agama ada sesuatu yang bersifat prinsip tapi ada hal lain yang bersifat diskusi terbuka legal," tambahnya.
BACA JUGA:Wow, 8 Negara Ini Jadi Produsen Emas Terbesar di Dunia, Indonesia Urutan Berapa?
Yang ketiga adalah berkembangnya semangat beragama namun tidak selaras kecintaan terhadap NKRI.
"Kita harus sepakat berbangsa itu sudah final, dan model negara agama yang ada di dunia sekarang belum disebut ideal," pungkasnya.
Sebagai informasi, kegiatan pembinaan paham keagamaan berlangsung selama tiga hari dimulai dari Senin 29-31 Mei menghadirkan peserta dari unsur Kemenag Kabupaten/Kota, unsur NU, unsur Muhamadiyah, penyuluh keagamaan, serta perwakilan media.