Mereka itu tetaplah sebagai pemeluk Agama Kristen Katolik yang teguh dalam menjalankan ajaran agamanya.
Menurut Abdul Mu'ti, varian dari Kristen Muhammadiyah telah menunjukkan peranan pendidikan Muhammdiyah dalam membangun kerukunan antar umat beragama dan persatuan bangsa.
Selama para pemeluk ajaran Kristen Katolik belajar di Lembaga Pendidikan Muahammadiyah mereka tetaplah berpegang teguh dalam ajaran yang dianut.
Melalui penjelasan di atas, menunjukkan bahwa Kristen Muhammadiyah hanyalah sebuah istilah ungkapan yang menggambarkan kedekatan dan simpati antar ke dua agama.
BACA JUGA: Lima Destinasi Wisata Eksotis di Kinabalu, Nomor 3 Serasa di New Zealand
Bukan sebuah agama baru ataupun aliran ajaran baru dari dua agama melainkan hanya sebuah gambaran kedekatan.
Terdapat tiga daerah yang melatarbelakangi lahirnya varian baru Kristen Muhammadiyah (KrisMuha).
Tiga wilayah itu adalah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua dan Putus Sibau, Kalimantan Barat (Kalbar).
Varian baru Kristen Muhammadiyah ini merujuk kepada umat kristiani yang menjadi simpatisan dari Muhammadiyah.
BACA JUGA: Tiba di Magelang, 32 Biksu Thailand Disambut Penuh Antusias dan Penghormatan
Lahirnya varian Kristen Muhammadiyah ini berdasar hasil penelitian yang dilakukan Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq.
Hasil penelitian tersebut kemudian disusun dalam sebuah buku utuh dengan judul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan.
Kemunculan buku ini menarik perhatian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan membedah isinya.
Ketua LKKS PP Muhammadiyah Fajar Riza Ulhaq menyebutkan, buku tersebut menggambarkan situasi toleransi pada daerah-daerah terpencil di Indonesia.
BACA JUGA: Spoiler One Piece 1085: Terungkap Vivi Ternyata Sandang Nama D Seperti Luffy
Khususnya pada daerah 3T, yakni terdepan, terpencil dan tertinggal.