
Pendekatan yang dianjurkan adalah pendekatan yang komunikatif (communicative approach). Prinsip pendekatan ini adalah, cara belajar siswa aktif (CBSA). Kegiatan harus berpusat kepada siswa (student-centered).
Namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan , sebagian besar masih terfokus kepada pemahaman grammar.
Para siswa disuguhi dengan definisi-definisi penggunaan grammar dan para siswa mencatat dan menghapafal definisi-definisi tersebut. Oleh karena itu sering CBSA dipelesetakan menjadi Catat bahan sampai abis. Sebagai pengguna Bahasa, pembelajar seharusnya diberikan waktu yang cukup untuk menggunakan Bahasa tersebut karena Bahasa itu adalah kebiasaan (Littlewood,1981).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah
Dalam implementasinya, para guru dianjurkan untuk menerapakan pendekatan kontekstual (Contextual teaching and learning), yang terdiri atas 7 komponen; 1) Constructivism ( konstruktivisme, 2) Inquiry (Menemukan ) , 3) Questioning (Bertanya), 4) Learning Community (Masyarakat belajar ), 5) Modelling (Pemodelan ), 6) Authentic Assesment (Penilaian sebenarnya) , 7) Reflection (Refleksi). Pendekatan ini mengajurkan agar proses pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata para siswa.
Pada kurikulum ini, materinya terfokus kepada jenis-jenis teks (interpersonal, transactional, short functional, dan monologue text). Pada Kompetensi dasar di kurikulum ini, tagihan untuk pengetahuan (knowledge) secara eksplist selalu ada tagihan generic structure dan language features dan setiap jenis teks memiliki generic structure (struktur teks) dan language features (grammar dan vocabulary) yang berbeda.
Hal inilah mungkin yang membuat para guru memfokuskan generic structure dan language features dalam proses pembelajaran. Selain itu, buku pegangan guru dan para siswa banyak dijual bebas dan buku-buku ini juga menjelaskan social function, generic structure dan language features dari masing-masing teks yang ada di kurikulum.
Kurikulum 2013 dan Praktik di Lapangan
Sama dengan KTSP, pada kurikulum 2013 ini, materinya terfokus kepada jenis-jenis teks. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, proses pembelajaran di SMP dan SMA, para guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach =SA).
Berkaitan dengan ini, telah banyak pelatihan dilakukan kepada guru-guru semua mata pelajaran, baik secara nasional maupun lokal. Pembelajaran dengan menggunakan SA terdiri atas lima langkah kegiatan belajar, yatu; observing, questioning, experimenting, associating, dan communicating (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 ).
Berkaitan dengan penerapan SA, telah banyak penelitian yang dilakukan dalam implementasinya pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
Dengan mengobservasi guru dalam mengajar, Azizah, dkk (2015), Zaim, dkk (2016), Zaim (2017). Hasil penelitian Ambalegin dan Suhardianto (2020), menyarankan agar diadakan pelatihan bagi guru karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para guru belum mampu melaksanakan tahapan-tahapan yang ada pada SA tersebut.
Dengan kata lain, prinsip-prinsip yang ada pada setiap tahapan SA, belum diaplikasikan dengan benar. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Shofwan (2017) dan Zaim (2017).
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa para guru sudah mampu menerapakan tiga dari tahapan SA yang disarankan, yaitu: experimenting, associating, dan communicating. Dengan kata lain, tahapan observing dan Questioning tidak dilaksakan dalam proses pembelajaran.
Namun, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ada peningkatan Bahasa Inggris para siswa.
Berdasarkan pengalaman sebagai instruktur di program pelatihan guru (PPG ), yang pesertanya dari berbagai provinsi di Indonesia, sebagian besar para guru masih terpaku dengan generic structure (Text organization) dan language features.