BACA JUGA:Mengenal Batu Akik Terkenal Asal Lampung, Diburu Kolektor Dengan Harga Puluhan Juta
Kemungkinan besar, orang itu adalah Jenderal S. Parman yang dibawa oleh pasukan penjemput dalam kondisi hidup dan mengenakan seragam dinas lengkap.
Sukitman juga mengungkapkan bahwa mata S. Parman tertutup dan tangannya terikat. Di bawah ancaman senjata, S. Parman dipaksa untuk menandatangani sesuatu.
“Namun, tampaknya ia menolak dan memberontak,” kata Sukitman.
BACA JUGA:Masya Allah! Inilah Orang yang Paling Bahagia dengan Syafaat Nabi di Hari Kiamat
Akibatnya, pasukan yang menahannya kembali mengikat tangan S. Parman dan menutup matanya dengan kain.
Setelah itu, S. Parman ditarik dan dimasukkan ke dalam sumur dengan posisi kepala terlebih dahulu. Jenderal S. Parman wafat di Lubang Buaya dalam peristiwa kelam tersebut.
Pada tanggal 4 Oktober 1965, pasukan TNI di bawah pimpinan langsung Panglima Kostrad Mayjen Soeharto menggali sumur tersebut.
Pasukan KKO Angkata Laut yang turun ke dalam sumur menemukan jenazah Jenderal S. Parman bersama enam korban lainnya.
Ketujuh jenazah pahlawan revolusi tersebut kemudian dievakuasi dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada keesokan harinya. (*)