Dalam meruncingkan gigi wanita di Suku Mentawai, mereka menggunakan sebuah alat dari kayu dan besi yang telah diasah terlebih dahulu hingga tajam.
Waktu yang digunakan untuk meruncingkan gigi ini diperkirakan berlangsung kurang lebih 30 menit yang dilakukan tanpa jeda.
Waktu tersebut dilakukan untuk menyelesaikan proses peruncingan satu gigi hingga berbentuk seperti gigi taring.
BACA JUGA:Perdalam Ajaran Agama, DPC PDI Perjuangan Pringsewu Gelar Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445
Selama proses itu berlangsung, biasanya wanita Suku Mentawai akan menggigit sebuah pisang yang masih mentah dan keras.
Itu sebagai penahan rasa sakit bagi mereka. Terbayang bukan begaimana rasa nyeri dan sakit yang dirasakan.
Apalagi, setiap menyelesaikan proses pengerikan satu gigi, wanita Suku Mentawai tidak doperbolehkan untuk berlama-lama beristirahat.
Dalam poses peruncingan gigi, wanita Suku Mentawai yang di kerik giginya hanya akan diberi waktu untuk menghela nafas kemudian melanjutkan proses peruncingan Kembali.
BACA JUGA:Simbol Ketampanan Laki-laki Suku Bodi Ethiopia Selatan
Penduduk Suku Mentawai percaya bahwa wanita yang memiliki gigi runcing seperti hiu memiliki nilai lebih daripada yang tidak bergigi runcing.
Hal ini kemudian yang membuat wanita Suku Mentawai melakukan tradisi tersebut meski harus menahan sakit yang luar biasa ketika proses peruncingan gigi.
Masyarakat Suku Mentawai meyakini bahwa dua wujud yang telah disebutkan tadi yakni tubuh dan jiwa tidak akan binasa.
Bagi merekan yang tidak menyukai penampilan fisik mereka, selain akan mendatangkan penyakit juga akan ditarik ke dunia lain.
BACA JUGA:Duduk Bersama Bahas Pengelolaan Sampah Pantai, mulai Dari Bahas Perda Pengelolaan Sampah hingga TPA
Itulah mengapa Suku Mentawai memberi sebuah riasan pada tubuh mereka berupa tato serta memodifikasi gigi menjadi runcing.
Itu dilakukan agar mereka selamat serta bahagia dan panjang umur dalam kehidupan di Suku Mentawai. (*)