Namun berkat kegigihan perlawanan Radin Inten II, pasukan tersebut dapat dikalahkan.
Kegagalan itu memaksa Belanda mengubah taktik. Adalah Kapten Kohler, seorang Asisten Residen Belanda di Teluk Betung yang ditugasi untuk mengadakan perundingan dengan Radin Inten II.
Perundingan berjalan alot. Setelah berkali-kali mengadakan perundingan akhirnya kedua kubu sepakat untuk tidak saling menyerang.
Namun rupanya perjanjian itu hanya taktik Belanda menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan besar-besaran.
Bagi Belanda, Radin Inten II dan pasukannya harus dikalahkan dengan cara apapun. Sebab, Belanda merasa kedudukan mereka di Lampung Selatan akan tetap terancam jika Radin Inten II masih tetap berkuasa.
Namun sebelum memulai serangan, Belanda terus berusaha memecah belah masyarakat Lampung Selatan.
Taktik Devide et Empera atau pecah belah terus dilancarkan. Kelompok yang satu diadu dengan kelompok yang lain. Sehingga di kalangan masyarakat timbul suasana saling mencurigai.
Upaya ini membuahkan hasil. Sejumlah tokoh masyarakat Kalianda termakan hasutan untuk memusuhi Radin Inten II. Mereka akhirnya tak lagi menghalangi pasukan Belanda untuk berpatroli disekitar Gunung Rajabasa.
Pada 10 Agustus 1856, pasukan lengkap Belanda diberangkatkan dari Batavia. Pasukan ini terdiri dari Infanteri, Arteleri dan Zeni.
Kekuatan pasukan ini semakin bertambah dengan bergabungnya pasukan bangsawan Lampung yang sudah termakan bujuk rayu Belanda
Namun iring-iringan kapal perang Belanda saat memasuki perairan Lampung Selatan dilihat oleh Singa Beranta. Ia lalu mengirimkan kurir untuk kepada Radin Inten II yang kemudian memerintahkan pasukannya untuk menyiapkan diri.
BACA JUGA:Ini Profil Ariel Noah, Penyanyi Papan Atas yang Sempat Gegerkan Publik
Setelah mendarat di Pantai Canti, Belanda memberikan ultimatum kepada Radin Inten II agar menyerah paling lambat dalam waktu 5 hari. Tentu saja, Radin Inten II dan pasukannya tak mundur.
Waktu lima hari itu malah digunakan untuk mengirim orang-orang kepercayaannya ke daerah-daerah yang dikuasai Belanda. Penduduk setempat diminta ikut mengadakan perlawanan.