Meski pemenang hanya mendapat hadiah hiburan, namun tidak mengurangi minat peserta mengikuti lomba balap karung.
Diolah dari berbagai sumber, ternyata tradisi lomba balap karung tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Berdasarkan sejarah, lomba balap karung kali pertama diperkenalkan para misionaris kepada para murid-murid di sekolah bentukan Belanda.
Karena, lomba tersebut menarik dan meriah akhirnya ditiru masyarakat Indonesia hingga saat ini.
BACA JUGA:Ayo Daftar, Beasiswa Double Degree Indonesia Bangkit Sudah Dibuka
Versi lain, lomba balap karung kali pertama diperkenalkan di masa penjajahan Jepang. Pada masa itu, masyarakat Indonesia banyak yang dijadikan pekerja paksa (romusha).
Akibatnya, bangsa Indonesia mengalami kesulitan ekonomi. Bahkan, untuk membeli pakaian saja tidak mampu.
Sebagai gantinya, banyak masyarakat Indonesia menggunakan karung goni bekas beras untuk dijadikan bahan pakaian.
Selain tidak memiliki uang membeli membali bahan pakaian. Penjajah Jepang juga sengaja menghambat distribusi bahan pakaian ke Indonesia.
BACA JUGA:Bawaslu Tubaba Imbau Tentang Kerawanan Isu Politik Uang
Meski tidak nyaman karena karung bekas beras tersebut masih ada kutunya. Masa itu, bangsa Indonesia terpaksa menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian. Akibatnya, masa itu banya bangsa Indonesia terserang penyakit kulit.
Karenanya, lomba balap karung itu sebagai wujud kekesalan bangsa Indonesia terhadap masa kelam era penjajahan Jepang.
Kekesalan itu diwujudkan dengan cara berlari dengan sembari menginjak-injak atau melompat-lompat dalam karung.
Dibalik sejarah kelam tersebut, lomba balap karung juga memiliki filosofi yang dalam. Antara lain, sebagai cerminan beratnya kehidupam rakyat Indonesia saat di bawah kekuasan penjajah.
BACA JUGA:78 Perguruan Tinggi Terbaik di Jawa Timur Versi UniRank 2023
Selain itu, lomba balap karung juga memiliki filosofi rakyat Indonesia tidak mau lagi hidup dalam kesulitan seperti masa penjajahan.