Namun kenyataannya air lindi yang meluap ke pemukiman terlihat sangat cokelat layaknya air cola.
"Kalau warnanya masih begitu berarti tidak ada filter dong di bawahnya, itu jadi pertanyaan besar juga. Dan filter ini sangat penting nanti untuk mengatasinya supaya biota di sekitarnya bisa hidup," ungkapnya.
"Jadi jangan hanya menyuruh hotel, rumah sakit, atau restoran untuk mempunyai Ipal yang baik, sementara punya Pemkot saja seperti itu," terangnya.
Bahkan dirinya menyarankan Pemkot untuk belajar pada kepemimpinan Wali Kota terlebih dahulu supaya eksekusi dilakukan secara totalitas bila mana terdapat peristiwa seperti ini.
"Kalau dia hanya sekedar gorong-gorong nanti airnya akan lari ke pemukiman lagi, jadi benar-benar harus lurus sampai ke ujung, dengan begitu harus kita beri filter karena mengalirnya pada ujung pembuangan," usulnya.
Dirinya juga sempat menyinggung persoalan sampah lainnya yang ada di TPS Kalpataru, tepat bersampingan dengan stadion Kalpataru.
"Itu kan tempat olah raga, ada kantor camat, ada IKM, ada sekolaha juga, tapi ada tempat sampah di situ. Harusnya Pemkot lakukan relokasi TPS di sana supaya bersih. Kita olahraga tapi banyak tumpukan sampah, sehatnya dimana? Itu PR untuk Pemkot juga," tandanya.
Terpisah, Camat TbT Zulkifli mengaku belum mempunyai data berapa kepala keluarga yang sumurnya tercemari oleh limbah air lindi tersebut.
BACA JUGA:Profil Irjen Ahmad Luthfi, Kapolda Jawa Tengah yang Ponselnya Pernah Kena Retas
"Saya belum tahu jumlahnya, karena kebanyakan di sana itu kan masyarakatnya menggunakan air PAM. Jadi nanti saya cek dulu, saya telpon dulu lurah di sana," terangnya. (*)