Ditambahkannya, pendekatan STEM merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu yaitu ilmu IPA, Teknologi, Teknik, dan Matematika.
Pendekatan STEM cukup banyak diadopsi di berbagai kegiatan pembelajaran di Indonesia. Pendekatan STEM dikembangkan dengan mengasosiasikan konsep yang diajarkan dengan permasalahan dalam dunia nyata yang berkaitan dengan lingkungan yang pernah dialami siswa.
Tujuannya adalah agar konsep yang diajarkan dapat lebih mudah dipahami siswa karena familiar dengan permasalahan atau fenomena yang digunakan untuk menjelaskan konsep tersebut.
Dengan mengasosiasikan permasalahan nyata yang relevan dengan kehidupan siswa, diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan mengoperasionalisasi konsep yang diajarkan guru.
Salah satu unsur dalam STEM adalah teknologi yang merupakan unsur yang paling menonjol saat ini, terlebih pada masa dimana perkembangan teknologi semakin berkembang pesat dikarenakan terobosan-terobosan baru dalam dunia teknologi dan juga situasi pandemic covid-19 yang memaksa seluruh aspek kehidupan beradaptasi.
Oleh karena itu, dalam dunia pembelajaran pun, perlu ada penyesuaian termasuk dalam pengembangan program pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi pasca pandemi Covid-19.
Implementasi STEM dalam proses pembelajaran dengan mengintegrasikan antara teknologi, konsep-konsep dasar mata pelajaran dan juga permasalahan nyata yang relevan terhadap konsep pembelajaran sangat penting dilakukan, terutama terkait isu-isu pembangunan kelanjutan, khsusunya ketersediaan energi terbarukan.
Selain itu, Provinsi Lampung dengan segala potensi energi terbarukan yang dimiliki, akan menjadi pendorong generasi muda untuk bisa berpikir dan bertidak inovatif dalam mempersiapkan lingkungan yang lebih ramah dan menjanjikan kesejahteraan di masa depan.
Menurutnya, membangun kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan generasi muda tentang konsep dan implementasi Education for Sustainable Development terutama ketersediaan energi terbarukan menjadi tantangan sendiri bagi reformasi kurikulum sains-fisika.
Mengenalkan sejak dini konsep, aplikasi, teknologi, dan rekayasa penyediaan energi baru dalam kehidupan masa depan dapat diintergrasikan ke dalam pembelajaran dengan STEM. Pendidik sains-Fisika dapat mengkreasi atau merancang pembelajaran sesuai dengan potensi lokal ketersediaan energi terbarukan di lingkungan siswa agar pembelajaran bersifat konstekstual.
“Selain itu mengintegrasikan literasi baru, seperti literasi digital, Internet of Things (IoT), big data, dan teknologi terkini lainnya, akan mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan penyesaian masalah yang terkait dengan ketersediaan energi terbarukan,” tutupnya. (*)