Sebaliknya, mungkin saja karena sang oknum Hakim Agung tidak pernah dan tidak mau berolah sastra atas puisi (sejenis puisi Gus Mus tersebut), tentunya tidak mengherankan jika niscaya yang bersangkutan tidak mengetahui amanat dan pesan moralnya sehingga nekad berperilaku melanggar hukum, lalu ditangkap KPK. Wallahu a’lam bishshawwab.
Selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan terkait fenomena absurd dehumanisasi pada fenomena Sambo (lokus Magelang-Jakarta), sang oknum polisi menembak polisi tersebut kiranya bisa dilakukan melalui praktik pembacaan atau telaah puisi D. Zawawi Imron “Tiarap” di bawah ini.
TIARAP
(karya D. Zawawi Imron)
Ketika Allah menunjukkan kebesaran-Nya
dengan sebutir Corona
yang menyerang tak pilih bulu, tak pilih pejabat atau orang melarat
tak pilih profesor atau gelandangan yang kotor
maka dunia menjadi gempar
semua suara menjadi kira-kira
otak dan pikiran yang selama ini cemerlang
merasa cuma belalang
mak berani mengaku elang
Tokoh-tokoh dunia yang kemarin congkak dan gagah
kelihatan murung dan tidak berdarah
yang kemarin bicara berkobar-kobar