Oleh:
Ir. Eko Pramono, M.S.
Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.Si.
Dr. Ir. Tumiar Katarina Manik
Ir. Muhammad Syamsoel Hadi, M.Sc.
RADARLAMPUNG.CO.ID-Tergabung dalam tim pengabdian kepada masyarakat (PKM), empat dosen dari Fakultas Pertanian (FP) serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung telah melakukan penyuluhan budi daya tanaman hortikultura dengan metode percontohan tumpangsari di Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat (Lambar).
Kegiatan petak percontohan tersebut selain bertujuan memperkenalkan kepada para petani hortikultura di Sekincau dan sekitarnya tentang suatu pertanaman tumpangsari tanaman pangan antara singkong dengan kedelai, juga menunjukkan efektivitas dan efisiensi lahan dari sistem tanam tumpangsari singkong-kedelai kepada para petani.
’’Para petani di Kecamatan Sekincau, Lampung Barat, memiliki keterampilan yang tinggi dalam budi daya tanaman untuk produksi berbagai tanaman hortikultura sayuran. Kegiatan penyuluhan ini bertujuan memperkenalkan suatu teknik produksi tanaman," kata Ir. Eko Pramono, M.S. selaku ketua tim pengabdian kepada masyarakat tersebut, Rabu (14/6).
Penyuluhannya langsung di lahan Balai Benih Induk Tanaman Sayuran, Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau, beberapa waktu lalu itu, lanjutnya, menggunakan metode petak percontohan atau demontrasi disertai ceramah, diskusi, dan partisipasi peserta.
’’Khalayak sasarannya para petani, para penyuluh pertanian lapangan, para siswa sekolah kejuruan pertanian, dan para sarjana pertanian,” ujarnya.
Menurutnya budi daya kedelai dan singkong tidak terlalu jauh beda dengan tanaman buncis. ’’Sehingga para petani di Sekincau dan sekitarnya pasti dapat melakukannya,” ucap dia.
Lebih lanjut, Eko mengatakan ada empat pola tumpangsari ditunjukkan dalam petak percontohan tersebut. Target luaran pertama yang dicapai adalah semua peserta 39 orang (100%) penyuluhan melihat langsung pertanaman tumpangsari kedelai singkong dari yang semula hanya 28,5%.
Setelah melihat langsung pertanaman tumpangsari kedelaisingkong ini, menurutnya semua peserta (100%) faham dan yakin bahwa tanaman kedelai maupun singkong pada tumpangsari kedelai-singkong tidak saling terganggu pertumbuhannya dan perkembangannya.
Perubahan respon psikomotorik yang terjadi pada semua peserta (100%) menyatakan mampu dan bisa bercocok tanam tumpangsari kedelai-singkong dan sebagian besar peserta (75%) di masa depan mau bercocok tanam tumpangsari kedelai singkong.