RADARLAMPUNG.CO.ID - Pertanian masih menjadi penopang utama ekonomi Provinsi Lampung, namun dibayangi berbagai tantangan mulai dari produktivitas, kualitas SDM, hingga lemahnya hilirisasi.
Dalam 13 tahun terakhir, pertumbuhan sektor ini terus melambat meski kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung tetap di atas 20 persen.
Sektor pertanian bahkan masih mengungguli industri dan perdagangan dalam hal sumbangan terhadap perekonomian daerah.
Pengamat pertanian Universitas Lampung, Teguh Endaryanto, menyebut rendahnya produktivitas komoditas unggulan sebagai salah satu penyebab utama perlambatan tersebut.
BACA JUGA:Dandim 0427 Way Kanan Sambut Menhan RI dan Panglima TNI di Lanudad Gatot Subroto Way Tuba
“Kopi hanya menghasilkan sekitar satu ton per hektare, lada 500 kilogram, dan singkong sekitar 27 ton, padahal di daerah lain bisa mencapai 35 ton,” kata Teguh, Rabu, 3 September 2025.
Ia juga menyoroti persoalan sumber daya manusia di sektor pertanian yang menurutnya masih minim kualitas.
“Sebagian besar tenaga kerja pertanian di Lampung masih lulusan pendidikan menengah ke bawah, ini berdampak pada rendahnya daya saing dan kemampuan mengelola usaha tani secara modern,” ujarnya.
Teguh menegaskan, tanpa peningkatan kapasitas SDM, sulit mengharapkan lonjakan produktivitas.
BACA JUGA:Speaker Aktif Low Budget Dari Polytron PAS 8C28, Bass Jernih Lengkap Fitur Kekinian
“Kalau SDM belum memadai, produktivitas sulit meningkat,” kata dia.
Meski mengakui bahwa percepatan sektor industri merupakan hal wajar dalam perubahan struktur ekonomi, Teguh mengingatkan agar perhatian terhadap pertanian tidak dikendurkan.
“Justru sektor pertanian harus didorong dengan hilirisasi agar tidak terus menjual bahan mentah tanpa nilai tambah,” ucapnya.
Menurut dia, diversifikasi produk dan pengembangan industri pengolahan dapat menjadi jalan keluar untuk meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian.
BACA JUGA:Sanken Showcase SRS-50R6, Kulkas Mini 1 Jutaan yang Cocok Untuk di Kosan