RADARLAMPUNG.CO.ID - Upaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak kini mulai dirasakan manfaatnya oleh para nelayan di Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan.
Melalui bantuan mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), kelompok nelayan setempat kini menikmati penerangan ramah lingkungan berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sore itu, saat mentari mulai tenggelam di ufuk barat, perahu-perahu nelayan di perairan Rangai Tri Tunggal bersiap melaut.
Di antara deretan bagan yang diterangi cahaya lampu, satu kelompok nelayan tampak berbeda. Tidak terdengar suara bising genset seperti biasanya.
BACA JUGA:Ratusan Pelajar se-Lampung Antusias Ikuti Futsal Competition 2025 di Universitas Teknokrat Indonesia
Lampu pada perahu-perahu yang mereka tumpangi untuk berlayar menyala terang, ditopang panel surya dari sistem PLTS berkapasitas 200 Wp hasil inovasi mahasiswa UTI.
Mang Mamat, ketua kelompok nelayan yang terdiri dari 14 anggota, mengaku sangat terbantu dengan adanya panel surya tersebut. “Lumayan hemat. Minimal beban pembelian pertalite untuk genset berkurang,” ujarnya, Kamis, 16 Oktober 2025.
Menurutnya, sebelum mengenal energi terbarukan, para nelayan sempat ragu terhadap efektivitas panel surya. Namun berkat pendekatan dan edukasi yang dilakukan mahasiswa UTI, khususnya Novriansyah bersama dosennya, para nelayan mulai memahami manfaatnya.
Panel surya rupanya tidak hanya mampu menyalakan lampu bagan, tapi juga radar kapal yang berguna saat mencari ikan di malam hari.
BACA JUGA:Dua Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia Raih Medali Emas di PON Bela Diri 2025
“Sekarang kalau cuaca cerah, kami tidak perlu beli bahan bakar. Tapi kalau mendung seharian, tetap kami siapkan genset sebagai cadangan,” tambah Mang Mamat.
Ia menyebutkan, di perairan Rangai Tri Tunggal terdapat sekitar 150 bagan, sebagian besar masih menggunakan genset untuk penerangan. Namun beberapa nelayan sudah mulai beralih ke sistem PLTS, termasuk pengguna motor jaring kepiting. “Lebih pas pakai PLTS, karena lebih hemat dan tidak ribut,” katanya.
Dari hasil tangkapan, Mang Mamat menyebutkan pendapatan nelayan cukup beragam tergantung kondisi cuaca, namun mereka tetap semangat melaut dengan harapan hasil tangkapan meningkat.
“Kalau normal bisa dapat Rp2-3 juta semalam, tapi kalau cuaca kurang mendukung, satu juta saja sudah bagus,” ujarnya.