disway awards

Desaku Maju Dorong Hilirisasi dari Desa, Pemprov Lampung Bangun Ekosistem Ekonomi Inklusif

Desaku Maju Dorong Hilirisasi dari Desa, Pemprov Lampung Bangun Ekosistem Ekonomi Inklusif

Kepala Bappeda Lampung, Anang Risgiyanto.---Foto: Prima Imansyah Permana/ Radarlampung.co.id.---

RADARLAMPUNG.CO.ID – Pemerintah Provinsi Lampung terus memperkuat program Desaku Maju sebagai strategi membangun perekonomian yang berbasis dari desa. Program ini menitikberatkan pada penguatan potensi desa melalui hilirisasi produk pertanian agar nilai tambahnya bisa langsung dinikmati masyarakat desa.

Kepala Bappeda Lampung, Anang Risgiyanto, mengatakan Desaku Maju dilaksanakan untuk menjawab persoalan mendasar yang selama ini justru bersumber dari desa.

“Prinsipnya pelaksanaan program Desaku Maju ini bagian dari upaya pemerintah untuk mewujudkan perekonomian yang berbasis pada desa. Kita melihat potensi persoalan memang ada di desa, sehingga penyelesaiannya juga harus dimulai dari desa,” ujar Anang.

Menurutnya, Lampung sebagai salah satu kontributor terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertanian belum sepenuhnya berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Saat ini, rata-rata pendapatan masyarakat baru berada di kisaran Rp51 juta per tahun atau sekitar 6 persen kontribusi riil ke masyarakat.

BACA JUGA:Tak Hanya Meninjau, Mirza Menyatu dengan Lautan Jemaah di Tabligh Akbar Indonesia Berdoa 2025

“Kalau bicara PDRB itu bicara persentase, belum menyentuh ke orang, ke people. Ternyata ada salah tata kelola, salah satunya karena hilirisasi belum berjalan optimal di tingkat desa,” jelasnya.

Salah satu fokus utama Desaku Maju adalah membangun mekanisme ekosistem hilirisasi dari hulu ke hilir. Contohnya pada komoditas padi. Selama ini, petani menjual gabah langsung ke pengusaha, kemudian diproses menjadi beras di luar Lampung, lalu kembali dijual ke Lampung dengan harga lebih tinggi.

“Ini yang menyebabkan high cost. Gabah diproduksi di desa, diproses di luar, balik lagi ke Lampung. Akhirnya masyarakat membeli hasil pertaniannya sendiri dengan harga semakin tinggi,” kata Anang.

Melalui Desaku Maju, Pemprov Lampung mendorong penguatan hilirisasi dengan menghidupkan kembali Rice Milling Unit (RMU) di desa serta memberikan bantuan dryer agar gabah bisa langsung diolah menjadi beras. Dengan demikian, petani tidak lagi menjual gabah, tetapi beras siap konsumsi.

BACA JUGA:Hadir Kembali! Promo Gajian Untung Alfamart Dari 26 November -2 Desember 2025

“Harga gabah sekitar Rp6.000 per kilogram. Setelah menjadi beras, nilainya bisa mencapai Rp13.000 sampai Rp15.000 per kilogram. Nilai tambah inilah yang menjadi gagasan untuk membangun ekosistem ekonomi desa secara inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Saat ini, Desaku Maju telah diluncurkan di lima desa percontohan. Selain bantuan dryer, Pemprov juga menyalurkan POC (pupuk organik cair) di sekitar 500 titik atau mencakup 432 desa di Lampung. Tercatat, sebanyak 24 unit dryer telah disalurkan, dan akan terus ditambah.

“Di APBD Perubahan 2025 ini kita tambah 10 unit lagi, dan target 2026 nanti akan kita tingkatkan hingga 100 unit dryer,” terang Anang.

Ia menegaskan, program Desaku Maju bukan hanya sekadar bantuan alat, melainkan upaya membangun kemandirian pangan dan memperkuat ekonomi desa agar lebih berdaya saing, mandiri, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait