Iklan Bos Aca Header Detail

Tak Fokus Urus PSSI dan Tragedi Haringga, Netizen Tuntut Edy Rahmayadi Mundur!

Tak Fokus Urus PSSI dan Tragedi Haringga, Netizen Tuntut Edy Rahmayadi Mundur!

Radarlampung.co.id – Insiden tewasnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla jelang laga Persib Bandung Vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBL), Bandung, Minggu (23/9), memicu dorongan agar Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi mundur dari jabatannya karena rangkap jabatan. Bahkan tuntutan mundur dari sebagian besar penggemar sepak bola di tanah air tersebut telah tertuang dalam sebuah petisi di change.org. Petisi yang hingga Jumat (28/9) siang ditandatangani oleh 78.463 netizen tersebut muncul, setelah mantan Pangkostrad itu terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara (Sumut). Dalam petisi ada beberapa poin yang mendasarai agar Edy Rahmayadi legowo melepas jabatan sebagai Ketum PSSI. “Melalui petisi ini dan demi masa depan Sepak Bola Indonesia kami meminta Bapak Edy Rahmayadi mundur sebagai Ketua Umum PSSI. Desakan mundur ini didasarkan pada tiga alasan. Pertama, agar fokus memimpin Sumut selama lima tahun kedepan, kedua adanya regulasi yang melarang Kepala Daerah rangkap jabatan sebagai pengurus PSSI dan ketiga merangkap jabatan rawan terjadinya ‘conflict of interest’,” tulis petisi seperti dikutip FIN, Jumat (28/9). Selain petisi tersebut, sosiolog dan pengamat olah raga Fritz E Simanjuntak menilai hal yang sama. Menurutnya, pemimpin dalam organisasi sepak bola terbesar di Indonesia itu harus memiliki waktu penuh dan tidak bisa diisi oleh orang yang tidak memiliki waktu penuh. “Saya pikir, lebih baik jujur saja (Edy Rahmayadi), semestinya Ketum PSSI itu tidak paruh waktu, harus penuh waktu. Ia harus full time di Jakarta, karena ini olahraga terbesar di indonesia, dan memiliki kompetisi paling lengkap. Jadi harus penuh waktu, ga bisa paruh waktu,” tutur Fritz saat dihubungi Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (28/9) kemarin. Fritz menjelaskan, seharusnya setelah dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Gubernur Sumut pada 5 September 2018, Edy Rahmayadi langsung menyerahkan jabatan Ketua Umum PSSI kepada orang lain. “Saya sendiri sih tidak melihat dia menjabat dua jabatan sekaligus, tapi yang pasti Ketua Umum PSSI itu harus penuh waktu. Dan seharusnya Pak Edy legowo, setelah dipilih menjadi Gubernur Sumut menyerahkan jabatan Ketua Umum PSSI itu kepada yang lain. Dan itu harus,” tegas Fritz. Hal yang sama juga pernah diungkapkan Mantan Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Bob Hippy kepada Fajar Indonesia Network (FIN). Pria yang juga pernah menjabat sebagai Koordinator Timnas PSSI itu menilai Edy Rahmayadi tidak akan punya banyak waktu untuk mengurus PSSI yang memiliki ranah kegiatan yang cukup besar tersebut. “Apakah ia (Edy) bisa menjabat dua jabatan sekaligus atau tidak? Ia harus bisa merasakan dirinya sendiri untuk menjadi Gubernur atau ia memiliki cukup waktu mengurus PSSI yang begitu besar kegiatannya, seperti kegiatan di usia senior dan junior,” ungakp Bob Hippy. “Apalagi saat ini, PSSI harus mendapat perhatian khusus lebih besar dari beliau (Edy, red). Nah, konsentrasi beliau sebagai Gubenur Sumut, akan terbagi dan saya kira ia tidak punya cukup waktu mengurus PSSI yang organisasinya begitu besar,” tambah Bob Hippy. Menurut Bob, Edy seharusnya rela melepas jabatannya di PSSI yang memiliki tugas panjang usai perhelatan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, kemarin. Sebab, tugasnya terlalu berat jika harus dijalani bersamaan. “Saya pikir, kita tidak tahu apa yang akan dilakukan PSSI usai Asian Games 2018 ini. Pak Edy, seharusnya berbesar hati menyerahkan jabatan kepada seseorang yang memiliki waktu penuh untuk mengurus PSSI yang begitu besar,” tutur Bob Hippy. “Karena yan tau dirinya sendiri kan hanya dia dengan tuhan. Tapi saya kira dia tidak akan bisa (mengemban dua tugas itu). Kalau memang ia tidak bisa, ya berikan saja ke orang lain yang lebih mampu secara penuh mengendalikan PSSI. Dan hal itu harus dari ia sendiri yang menentukan,” paparnya. Bob menerangkan, seharusnya Edy tidak membagi dua tugas berat tersebut kepada dirinya. Hal itu diungkapkan Bob, karena melihat akan ada banyak pekerjaan berarrti kepada dirinya menguurus dua jabatan tersebut. “Jadi jangan, membagi dua, sebab susah jika membagi dua. Melihat konsentrasi ia di sumut akan begitu banyak pekerjaannya, ditambah dengan PSSI yang juga lebih banyak pekerjaannya karena mencakup 34 provinsi. Kalau Sumut kan hanya satu provinsi, jadi itu yang meski beliau pikirkan,” terangnya. Berkali-kali Bob berharap Edy mampu melepaskan jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI dan fokus megurus Sumut. Menurut Bob Hippy, apa yang dilakukan Edy saat ini masih setengah-setengah. “Semoga mendapat satu pesan dari beliau, bahwa beliau akan menyerahkan jabatannya di PSSI itu. Dan itu akan jauh lebih baik,” tuturnya. Sekedar informasi, petisi tersebut sebenarnya muncul sejak Juli, usai Edy Rahmayadi terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara. Namun, petisi ini mencuat kembali setelah Haringga Sirla yang merupakan warga Bangunusa Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat menjadi korban pengeroyokan suporter di Stadion GBLA, sebelum laga lanjutan Liga 1 Indonesia musim 2018 yang mempertemukan Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta, Minggu (23/9) kemarin. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: