Puasa Agar Bertakwa

Puasa Agar Bertakwa

Oleh Asrian Hendi Caya*   Mengapa kita puasa? Ya, karena perintah Allah. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian…” (Qs2: 183). Lalu apakah jika sudah melaksanakan puasa selesai? Ya, kan tidak ada ‘hutang’ lagi. Sebagaimana sering kita dengar tekait salat. Rasanya plong kalau sudah salat. Seolah kewajiban puasa, salat dll adalah beban, yang apabila telah dilaksanakan selesai. Ternyata belum selesai, walau kita telah melaksanakan puasa. Allah menegaskan bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai takwa.  “…agar kamu bertakwa” (Qs2: 183). Jadi tujuan puasa adalah agar kita bertakwa. Dengan demikian, kita harus menjadikan puasa untuk menumbuhkan dan memperkuat ketakwaan. Karena itu, puasa tidak sebatas telah berpuasa. Bukankah Rasulullah SAW telah mengingatkan: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR. Ath Thabrani). Allah SWT memerintahkan agar kita bertakwa. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah …” (Qs49: 18). Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya… (Qs3: 102). Mengapa kita harus bertakwa? Karena Allah memuliakan orang yang bertakwa. \"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu\" (Qs: 13). Apakah setelah berpuasa kita otomatis bertakwa? Tentu tidak, pertama sejauhmana kita menjalankan puasa dengan penuh kesungguhan dan memperbanyak amal soleh (kebaikan). Kedua, puasa adalah salah satu cara yang ditempuh untuk menjadi takwa. Jadi untuk menjadi takwa harus banyak amal kebaikan yang harus dilakukan selain puasa. Dengan demikian, fokus kita adalah bukan pada pelaksanaan puasanya, tapi pada ketakwaan yang akan tumbuh dalam diri kita. Kalau demikian, bagaimana cara menjadi takwa? Hal ini dimulai dengan memahami apa itu takwa. Secara umum sering kita pahami takwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Agar lebih pas ada baiknya kita merujuk pada Quran sebagai sumber utama keberagamaan kita. Surat Al Baqarah ayat 177 menyebutkan: … “Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. Siapa mereka?  Masih dalam ayat sama disebutkan: “ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan” (Qs 2: 177). Pada surat Al Baqarah ayat 3-4 disebutkan   “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur\'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat” (Qs3: 3-4). Jadi orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman (memahami dan melaksanakan rukun iman) dan beramal soleh (menafkahkan harta yang dicintai untuk mereka yang membutuhkan, mendirikan salat dan menunaikan zakat, menepati janji, dan sabar). Inilah yang harus kita yakini dan laksanakan sebagai wujud sikap dan kepribadian kita (akhlakul karimah). (*)   *Peneliti PUSIBAN – Pusat Studi dan Informasi Pembangunan Pengurus Masjid Airan Way Huwi  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: