Rektor Unila Singgung Guru Besar yang Kurang Produktif, Begini Pesannya

Rektor Unila Singgung Guru Besar yang Kurang Produktif, Begini Pesannya

Rektor Unila Prof. Dr. Karomani, MS.i,. (Unila.ac.id)--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Universitas Lampung (Unila) mempunyai cara tersendiri untuk mendorong guru besar yang kurang produktif, di antaranya dengan memberikan insentif tertentu.

Hal tersebut diungkapkan Rektor Unila Prof. Dr. Karomani, MS.i, yang angkat bicara mengenai adanya fenomena guru besar yang kurang produktif dibandingkan saat mereka masih bergelar doktor.

Menurutnya, Unila saat ini memberi insentif kepada siapapun dosen yang berhasil mempublish di jurnal Q1 akan mendapat insentif Rp40 juta, Q2 (Rp30 juta), Q3 (Rp20 juta), dan Q4 (Rp10 juta).

"Jadi itu memancing profesor, dosen-dosen, atau siapapun untuk terus berkarya. Apalagi rektor sudah melakukan itu," kata Prof. Karomani.

BACA JUGA:BPMP Imbauan 20 Persen Sertifikasi Digunakan untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Guru

Lebih lanjut, kata Prof. Aom, dirinya juga telah melakukan perbedaan perlakuan antara prodi yang unggul dan tidak unggul untuk insentif para dosen Unila sendiri.

"Jadi kalau dosen itu di homebase-nya di prodi yang unggul maka insentifnya akan berbeda remunya dibandingkan dengan insentif yang tidak unggul. Dan itu memancing mereka agar terpacu kreativitasnya. Saya kira Rektor sudah mengkondisikan sedemikian rupa, tinggal dosen dan civitas akademikanya," ujar Prof Aom.

Saat ditanya apakah Unila memiliki cara lain bagi karya yang dihasilkan selain dokumen, seperti aplikasi yang bisa digunakan langsung oleh masyarakat? Rektor menjawab tentu ada.

"Misalnya saja Unila sudah membuat sistem tentang aplikasi kepangkatan, dosen Unila pangkat itu bisa dipantau. Mulai dari Fakultas, sampai di Universitas. Berapa lama sih berkas di Jakarta, kecuali ada hal-hal uji yang harus langsung dengan yang bersangkutan, baru bisa dipanggil langsung," ucapnya.

BACA JUGA:Istimewa, Unila Luluskan Mahasiswa Asal Mesir dan Madagaskar

"Dan sekarang gubes kita sudah turun 9, dan sekarang masih mengejar sisanya untuk rekor muri hingga 16 dan tercatat belum pernah ada PTN di Indonesia mengukuhkan dalam satu waktu," pungkas Prof. Karomani. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: