Lebih Dekat dengan Salah Satu Juru Bahasa Isyarat di Lampung, Terus Belajar dengan Munculnya dan Istilah Baru
FOTO SYAIFUL MAHRUM - Dalam konferensi pers di Mapolda Lampung, JBI (dua dari kiri) juga berperan serta mengakomodasi komunitas tunarungu. --
BANDAR LAMPUNG, RADARLAMPUNG.CO.ID - Juru Bahasa Isyarat atau (JBI) punya peran menjembatani komunitas tunarungu. Biasanya JBI selalu muncul dalam siaran pers atau kegiatan yang digelar sebuah instansi pemerintahan.
Sebelum kegiatan konferensi pers dimulai, di belakang atau samping juru bicara biasanya berdiri JBI. Tugas JBI tidak mudah. Ya, JBI harus menerjemahkan bahas lisan menjadi bahasa isyarat agar komunitas disabilitas tunarungu bisa mengerti bahasa orang non disabilitas.
Dalam konferensi pers di Mapolda Lampung, JBI juga berperan serta mengakomodasi komunitas tunarungu. Dia adalah Edovan (22), warga Perumahan Abdi Negara, Kecamatan Sukabumi, Bandar Lampung.
Dengan lihainya, Edovan yang mengenakan kacamata menerjemahkan bahas lisan menjadi bahas isyarat. Bahasa isyarat disampaikan sesuai apa yang disampaikan juru bicara konferensi pers.
BACA JUGA:Pasca Kenaikan BBM, Pemprov Antisipasi Kenaikan Bahan Pangan
Selesai konferensi pers, radarlampung.co.id mencoba berbincang dengan Edovan. Ingin tahu lebih jauh soal JBI. Dengan ramahnya, Edovan pun bersedia diajak ngobrol santai di depan Gedung Ditreskrim Polda Lampung.
Anak pertama dari dua bersaudara ini mengatakan, mulai belajar jadi JBI sejak 2018. "Sejak 2018. Saya bergabung dengan Sahabat Difabel Lampung (Sadila). Tempatnya di Labuhandalam, Kecamatan Tanjungsenang, Bandar Lampung. Sekarang, saya juga menjadi pendamping difabel," tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung ini melanjutkan, di Lampung ini ada tiga JBI yang punya kompetensi. "Ada tiga orang di Lampung. Yakni Akbar Ripanji, Eti Mudmainah, dan saya sendiri. Kompetensi ini berdasarkan SK Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia)," ujarnya.
Sampai sekarang, kata Edovan, dirinya terus belajar bahasa isyarat. "Kita terus belajar bahasa isyarat. Banyak bahasa baru yang muncul, jadi harus terus belajar. Jika tidak belajar, kita akan kesulitan menerjemahkan bahasa lisan agar bisa dipahami penyandang disabilitas," ungkapnya.
BACA JUGA:Capai 81 Kasus, Dua Kecamatan di Mesuji Rawan DBD
Soal penghasilan menjadi JBI, Edovan tidak menampik. "Ada meskipun nggak banyak. Contohnya di Polda Lampung ini, saya sejak 2021 menjadi JBI. Sistemnya ya kontrak," katanya.
Bukan hanya di Polda Lampung. Evando mengaku juga sering diundang dalam acara instansi-instansi lain. "Ya, pernah juga jadi JBI di acara Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan lain-lain. Lumayanlah honornya," ungkapnya.
Ditanya suka dukanya menjadi JBI, Edovan berseloroh kalau di TV terlihat kecil. "Kalau di TV nggak kelihatan. Tampilannya kecil," ucapnya sambil tertawa dan menunjukan gerak tangan menandakan kecil," katanya.
Meski demikian, Edovan menikmati profesi menjadi JBI. "Kita nikmati. Ini juga bagian ibadah," tutupnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: