Angka Covid-19 di China Pecah Rekor, Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Ilustrasi Covid-19. (Pixabay)--
RADARLAMPUNG.CO.ID – Penerapan lockdown di beberapa kota seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Chonqing terpantau mulai diperketat oleh pemerintah China.
Pemerintah China memang diketahui tengah menerapkan kebijakan nol-covid dengan menerapkan lockdown ketat jika mendeteksi segelintir kasus penyebaran virus Covid-19.
Dilansir Radarlampung.co.id dari laman informasi Reuters pada Rabu, 30 November 2022, Komisi Kesehatan Nasional China baru-baru ini dikabarkan telah melaporkan terkait penambahan sebanyak 39.791 kasus baru Covid-19 di negara tersebut.
Angka tersebut menjadi penambahan kasus Covid-19 tertinggi di China dalam kurun waktu empat hari berturut-turut.
BACA JUGA:Dilaporkan Rugi Rp135 Triliun Dalam Sehari, Elon Musk Tetap Jadi Orang Terkaya di Dunia
Di mana pada hari sebelumnya, China juga melaporkan kasus yang sama dengan jumlah angka penambahan sebanyak 34.909.
Dari penambahan sebanyak 39 ribu kasus baru covid-19 tersebut, 3.709 diantaranya bergejala. Sedangkan sebanyak 36.082 dilaporkan tidak bergejala, dengan satu kematian pada hari tersebut.
Di sisi lain, penerapan lockdown yang dilakukan oleh pemerintah China justru menuai banyak protes dari masyarakat yang mengeluh karena tidak diperbolehkan keluar dari tempat tinggal mereka.
China memang tengah berada dalam kabar yang tidak sedap, usai gelombang protes yang disebut terus meletus di seluruh penjuru kota-kota yang ada di dalamnya.
Protes tersebut dilayangkan usai penetapan kebijakan Nol Covid19 oleh pemerintah China, hingga hal itu dianggap memberi tekanan terhadap perlambatan ekonomi negara tersebut.
Bukan hanya kota-kota di China, bahkan beberapa kota di luar negeri lainnya termasuk London dan Paris, dikabarkan juga menggelar demonstrasi guna mendukung pengakhiran kebijakan Nol Covid19 dari masing-masing pemerintah di tiap negara.
Aksi tersebut dianggap sebagai pembangkangan sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya, tepatnya sejak Presiden Xi mengambil alih kekuasaan dalam negeri tirai bambu tersebut.
Sebab hampir tiga tahun setelah pandemi, pemerintah China selalu mengatakan kebijakan mereka tidak diarahkan melulu kepada nol kasus covid-19, tetapi juga segera mengambil tindakan secara dinamis ketika kasus muncul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: