Metaverse Dinilai Berisiko Bunuh Skill Manusia Untuk Bersosialisasi, Simak Penjelasan Berikut...

Metaverse Dinilai Berisiko Bunuh Skill Manusia Untuk Bersosialisasi, Simak Penjelasan Berikut...

Ilustrasi Teknologi Metaverse. (Foto.Dok.Pixabay.com)--

RADARLAMPUNG.CO.ID – Seorang produser dari sebuah acara konser musik Abba Voyage bernama Svana Gisla, menilai bahwa metaverse bisa membunuh kemampuan atau skill manusia untuk bersosialisasi.

Svana Gisla mengatakan penilaiannya tersebut di kepada Komite Digital, Budaya, Media, dan Olahraga negara Inggris bahwa teknologi metaverse justru membuatnya takut. 

Demikian dilansir Radarlampung.co.id dari laman informasi The Star pada Rabu, 30 November 2022.

Abba Voyage merupakan sebuah konser yang menampilkan digital 3D, dan di dalamnya menampilkan lagu-lagu hit alias populer dari grup bernama ABBA.

BACA JUGA:Xiaomi 12T Bakal Rilis di Indonesia pada 1 Desember 2022, Ini Spesifikasi dan Prediksi Harganya

Konser musik Abba Voyage tersebut berlangsung di sebuah tempat yang dibangun khusus di London, Inggris dan bisa menampung hingga 3 ribu orang.

Svana Gisla menyuarakan pendapat yang berbeda dari pendiri Facebook yakni Mark Zyckerberg, yang telah memberikan cap khusus bagi teknologi metaverse.

Di mana dalam dunia virtual yang diakses lewat headset realitas virtual dan penggunanya dapat mengakses semua layanan serta bekerja dan bersosialisasi dengan orang lain di seluruh penjuru dunia.

Svana Gisla justru berpendapat sebaliknya dan mengatakan bahwa pengalaman musik tradisional-lah yang menjadi salah satu bagian penting bagi umat manusia.

BACA JUGA:Arab Saudi Digadang Punya Kapal Pesiar Terbesar di Dunia

Gisla mengaku bahwa teknologi metaverse membuatnya takut, sebab meski teknologi canggih itu telah tersedia. Hal itu tidak berarti bahwa manusia mesti menggunakannya.

Selain itu, Gisla mengkhawatirkan jika teknologi tersebut justru akan membuatnya sangat picik terlebih diprogram untuk menyukai emosi manusia.

Keberadaan teknologi metaverse justru dinilai akan membuat keberadaan manusia menjadi sangat sepi hingga membuat banyak orang memisahkan diri dari hubungan antara manusia yang satu dan lainnya karena sebuah perangkat.

Gisla juga turut mengungkapkan bahwa skill sosial, pengalaman interaktif dan emosional telah banyak hilang dari orang-orang di sekitarnya akibat dari adanya teknologi metaverse yang canggih tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: