Iklan Bos Aca Header Detail

Pengukuhan Guru Besar Universitas Lampung, Prof. Muhammad Fuad Ajak Lawan Korupsi lewat Sastra

Pengukuhan Guru Besar Universitas Lampung, Prof. Muhammad Fuad Ajak Lawan Korupsi lewat Sastra

Prof. Muhammad Fuad saat membawakan puisi Tiarap dalam pengukuhan guru besar Universitas Lampung, Kamis 30 November 2022. FOTO MELIDA ROHLITA/RADARLAMPUNG.CO.ID --

BACA JUGA: Universitas Lampung Kejar Target MURI, Pengukuhan Guru Besar Terbanyak

Untuk menggambarkan fenomena dehumanisasi pada kasus Ferdy Sambo, dalam orasi ilmiahnya Prof Muhammad Fuad membacakan puisi berjudul Tiarap karya D. Zawawi Imron.

"Pak hakim agung kalau baca puisi, apalagi puisi-puisi profetik, pesan moralnya itu tinggi. Pasti dia akan tersentuh hatinya,” ujarnya.

Dalam bukunya dia menjelaskan sastra profetik adalah sastra dialektik karena berhadapan dengan realitas, melakukan penilaian dan kritik sosial budaya secara beradab, dan terlibat dalam sejarah kemanusiaan.

“Olah sastra bisa dilakukan lewat sanggar, lomba baca puisi, lomba baca cerpen, dan mendongeng. Itu kan kegiatan-kegiatan yang bisa memanusiakan manusia,” jelasnya.

BACA JUGA: Tim Universitas Lampung Sasar Ratusan Ekor Sapi di Tulang Bawang Barat

Ia juga menyebut jika melawan korupsi bisa melalui sastra.

“Olah sastra bisa melawan korupsi. Apalagi di puisinya Gus Mus, Negeri Haha Hihi. Kita itu ditertawakan oleh Gus Mus melalui puisi,” tandasnya.

Lebih lanjut Prof. Muhammad Fuad mengungkapkan, banyak karya sastra seperti milik KH Ahmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus, seorang penyair yang setiap karyanya mengandung nilai kritik terhadap kondisi masyarakat dan kekuasaan. 

Namun, karya-karyanya tidak sampai menyinggung perasaan orang lain.

BACA JUGA: Tujuh Kandidat Bakal Calon Rektor Unila Jalani Tes Kejiwaan

“Puisinya Gus Mus nyindir-nyindir. Tapi kitanya nggak marah. Saya kan sukanya di situ," ujarnya.

Puisi Gus Mus juga dinilai hangat dan kritis mengandung pesan moral. Baik tersurat maupun tersirat. Bahwa bangsa yang baik adalah bangsa yang bermoral.

“Makanya Jangan Lupa Berolah Sastra. Siapapun Anda. mau pejabat, mau rakyat biasa berolah sastra lah. Nanti moralitas dan kemanusiaannya akan tersentuh,” tukasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: