Ken Setiawan: NII Crisis Center Terbentuk Karena Kekecewaan Dengan MUI, Aparat dan Pemerintah
--
Akhirnya NII Crisis Center dan keluarga korban pulang dengan tangan hampa. Tidak tahu harus mengadu kemana.
Sementara MUI, Kemenag dan Mabes Polri saja yang dianggap dapat membantu juga tidak bisa berbuat banyak. Bahkan menyalahkan orang tua korban.
Beranjak dari kekecewaan dan sadar diri, akkhirnya Ken Setiawan menginisiasi pembentukan NII Crisis Center dengan membuat kanal pengaduan di web www.niicrisiscenter.com dan menindaklanjuti laporan satu per satu dengan swadana.
Dengan segala keterbatasan, Ken dan kawan-kawan sadar diri dan tidak terlalu berharap banyak dari negara. Sebab persoalan korban NII memang belum menjadi prioritas dan belum dianggap membahayakan oleh negara. Meskipun angkanya cukup banyak.
Sementara ini yang mendapat dukungan penuh dari negara adalah narapidana dan mantan narapidana terorisme. Bahkan keluarganya mendapat bantuan usaha dan anaknya menerima jaminan pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.
Tapi jika belum jadi teroris, walaupun sudah sangat radikal di NII dan habis-habisan ekonomi karena aset tanah dan rumahnya telah dijual untuk infak, tetap saja belum diperhatikan oleh negara. Alasannya, tidak ada anggaran, karena belum jadi teroris.
Menurut Ken, teroris di Indonesia tidak akan pernah habis dan akan tetap eksis. Mati satu tumbuh seribu, jika akar pemahaman radikal tetap dibiarkan.
Hal ini seperti pohon yang berbuah dan dipetik setiap musim. Jika akarnya tidak dicabut, maka pohon itu akan berbuah setiap kali musim.
Pembiaran oleh ketidakpedulian negara dianggap sama halnya seperti menyiram tanah yang ditanami pohon. Otomatis bakal menambah subur kelompok radikal di Indonesia.
Karena itu, para mantan NII menganggap seolah tragedi kemanusiaan atas nama agama ini seperti peternakan. Ada yang memelihara, memberi makan dan memanfaatkan.
Orang dihancurkan ekonominya atas nama infak bernegara Islam. Dihancurkan ahlaknya sehingga menyalahkan dan mengkafirkan orang lain, serta dihancurkan masa depan demi berjuang di negara Islam Indonesia.
Ini sudah masuk katagori tragedi kejahatan kemanusian yang mengatasnamakan agama. Saying negara membiarkannya.
”Jika terus dibiarkan akan berpotensi menjadi bencana nasional seperti di Suriah dan Libya yang dulu damai sejahtera, kini hancur berantakan,” tandas Ken Setiawan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: