Jadi Penghasil Komoditas Pertanian, Lampung Ukir Tren Pertumbuhan Ekonomi Positif

RADARLAMPUNG.CO.ID - Provinsi Lampung punya peran strategis dalam pembangunan ekonomi, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Saat ini potret perekonomian Lampung memperlihatkan tren positif. Itu dapat dilihat dari triwulan II tahun 2022 lalu.

Saat itu, pertumbuhan mencapai 9,12 persen (q-to-q) dan menjadi yang tertinggi se-Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi saat menjadi Keynote Speaker dalam kegiatan Coffee Morning dan Diseminasi Perekonomian Provinsi Lampung, dengan tema Komoditi Unggul, Pacu Ekonomi Lampung di Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Lampung, Jumat 4 Agustus 2023.

BACA JUGA:Harga Singkong Meningkat, Petani Lampumg Timur dapat Tersenyum

Arinal Djunaidi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Lampung di triwulan I tahun 2023 memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera.

Dalam triwulanan, Provinsi Lampung menjadi satu-satunya provinsi di Sumatera yang menikmati pertumbuhan ekonomi positif.

Sebab, sembilan provinsi lainnya mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif.

Pertumbuhan ekonomi yang baik ini, kata Arinal, tidak terlepas dari Provinsi Lampung yang merupakan salah satu daerah penghasil komoditas pertanian strategis yang menjadi pendukung ketahanan pangan nasional.

BACA JUGA:Peribahasa Ada Bukit di Balik Pendakian, Ini Prediksi Skor Borneo FC vs RANS yang Jadi Laga Penting Tuan Rumah

"Provinsi Lampung memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, mulai dari hasil laut sampai pertanian," ujarnya. 

Dengan kekayaan alam Lampung membuat Provinsi ini memiliki komoditi unggul yang melimpah. Didukung tanah yang subur membuat apa saja dapat ditanam.

Tidak hanya pangan, menurut Arinal Djunaidi, komoditi unggulan Lampung lainnya adalah sektor perkebunan yang menyumbang nilai ekspor yang tinggi dan secara langsung membantu perekonomian negara.

Komoditi unggulan dibidang perkebunan Lampung, seperti kopi robusta, lada hitam, kakao, karet, kelapa dalam, kelapa sawit, dan tebu.

Sumber: