UIN RIL Gelar Konferensi Internasional ICoLIS Pertama, Prof Wan Tekankan Pentingnya Tiga Hal Ini

UIN RIL Gelar Konferensi Internasional ICoLIS Pertama, Prof Wan Tekankan Pentingnya Tiga Hal Ini

--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) menggelar 1st Annual Internasional Conference on Social, Literacy, Art, History, Library and Information Science (ICoLIS).

Konfrensi Internasional ini mengusung tema Interpreting the Role of Religion, Social, Management of Library History, and Literature in Growing the Literacy Culture.

Gelaran yang dimulai sejak 9 sampai 11 Oktober 2023 ini diikuti 100 presenter.

Rektor UIN RIL Prof Wan Jamaludin mengatakan, Konfrensi Internasional ini memang digagas untuk terus mendorong perpustakaan memiliki daya gerak guna membangun masyarakat Indonesia menuju generasi Indonesia emas 2045.

BACA JUGA:Update Daftar Danrem Seluruh Indonesia, Termasuk Hasil Mutasi TNI Terbaru 2023

"Ada keynot speaker kita kepala Perpusnas membuka visi tranformatif yang dibawakan dalam memgomandani perpustakaan di Indonesia sangat tepat bagaimana menyongsong Indonesia emas 2045," kata Prof Wan Jamaludin. 

Adapun keynot speaker lainnya ialah Andrew Demasson (Dosen Madya di Fakultas Sains Sekolah Sistem Informasi di Queensland University of Technology Australia), Maznah Mohamad (Ketua Departemen Studi Melayu, Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Universitas Nasional Singapura (NUS), Aini Maznina Binti A Manaf (Universitas Islam Internasional Malaysia).

Lebih lanjut Prof Wan Jamaludin mengatakan, pendidikan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan untuk menghadapi revolusi industri 5.0.

Perlu upaya melalui tiga hal penting dalam meningkatkan suatu bangsa untuk menghadapi era ini. 

BACA JUGA:Mahasiswa UTI Shavina Lestari Jalani Program Pertukaran Pelajar di Turki

"Tiga hal itu karakter, kompetensi, dan literasi. Karenanya budaya membaca harusnya berbanding lurus dengan tingkat kemajuan pendidikan suatu bangsa. Karena nantinya akan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa," tambahnya.

Apalagi pendidikan harus didukung dengan kegiatan belajar. Sementara belajar indetik dengan kegiatan membaca.

"Karenanya pendidikan tanpa membaca ibarat tanpa ruh, ini merupakan fenomena yang kerap terjadi di masyarakat. Namun fenomena pengangguran intelektual tidak akan terjadi apabila masyarakat memiliki semangat membaca yang membara," lanjutnya.

Prof Wan menyebut, saat ini budaya menulis di kalangan civitas akademika perguruan tinggi masih tergolong rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: