Soal Kasus HIV Aids Bandar Lampung Tertinggi di Sai Bumi Ruwa Jurai, Ini Kata Wali Kota

Soal Kasus HIV Aids Bandar Lampung Tertinggi di Sai Bumi Ruwa Jurai, Ini Kata Wali Kota

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana saat diwawancara, Selasa, 19 Desember 2023.-Foto Melida Rohlita-

BACA JUGA:Kenali Gejala dan Penularan Cacar Monyet, Diskes DKI Jakarta Sebut Mayoritas Sudah Terjangkit HIV

2030 ditargetkan tidak ada kasus baru, dan tidak ada yang ditularkan, 0 kematian lagi pada tahun tersebut.

"Jadi kalau dia HIV yaudah HIV aja karena HIV kalau nggak diobati akan masuk fase aids, jadi harus minum obat. Kalau minum obat kualitas hidupnya akan semakin baik, dan tidak masuk fase aids, sekarang sudah ada obatnya jadi harus minum," jelasnya.

Kata dia, untuk data Bandar Lampung yakni 2.701 itu merupakan fenomena gunung es, di mana hanya data yang ketahuan atau terlihat berdasarkan pemeriksaan cek darah.

"Tapi orang yang belum terdata di Bandar Lampung ini banyak sekali, makanya perlu juga dites," ucapnya.

BACA JUGA:Pemuda Asal Pesawaran Kepergok Curi Ayam, Akhirnya...

Oleh karenanya, warga Bandar Lampung diimbau apabila merasa mempunyai kebiasaan berisiko atau berganti-ganti pasangan, yang kemudian memakai obat terlarang melalui suntikan wajib memeriksakan diri.

"Supaya kalau ketahuan dia HIV, anak atau keturunannya bisa dicegah supaya tidak tertular, kalau bisa sebelum merencanakan kehamilan itu bisa vaksin dahulu PPIA. Harapannya bila itu semua dilakukan angkanya bisa turun dan zero," kata Aji.

Aji juga menerangkan, jika orang dengan HIV itu tidak sakit maka tidak pas disebut penderita. "Saat ini ada 50 pelayanan HIV baik di rumah sakit negeri dan swasta dan dijamin kerahasiaan data, kalau ada yang bocorin pasti dituntut," ungkapnya.

Kata Aji, faktor yang membuat kenaikan orang dengan HIV itu naik 100 persen di Bandar Lampung adalah stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap orang dengan HIV.

BACA JUGA:Catat! Pengumuman Hasil Tes PPPK Pringsewu 2023 Formasi Guru akan Dilakukan Tanggal Ini

"Jadi mereka males, takut terkena stigma itu yang membuat angka itu meningkat, kemudian kurangnya edukasi pemahaman sangat minim, tentang tidak melakukan hubungan di luar nikah, setia kepada pasangan, dan jangan gunakan narkoba," urainya.

"Dan sampai saat ini belum ada ilmu untuk menghilangkan virusnya, tetapi yang terpenting saat ini adalah untuk menjaga kesehatan dan gaya hidup supaya tidak tertular," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: