Waspadai “Sugar Rush” pada Balita, Lonjakan Energi Manis yang Bisa Ganggu Pola Tidur
Mengkonsumsi cokelat berlebihan dapat menimbulkan efek sugar rush pada balita - pixabay--
RADARLAMPUNG.CO.ID-Fenomena sugar rush atau lonjakan energi setelah anak mengonsumsi makanan manis sering kali dianggap hal yang biasa oleh para orang tua. Padahal, di balik rasa manis yang disukai balita, tersembunyi dampak yang dapat mengganggu perilaku dan pola tidur mereka.
Istilah sugar rush merujuk pada kondisi ketika kadar gula darah meningkat tajam akibat konsumsi gula sederhana seperti yang terdapat pada permen, cokelat, minuman bersoda, atau kue manis.
Kadar gula yang naik secara cepat membuat tubuh melepaskan energi berlebih sehingga anak terlihat lebih aktif, bersemangat, dan sulit diam. Namun, efek ini bersifat sementara dan biasanya diikuti penurunan energi atau sugar crash.
Menariknya, sugar rush tidak selalu bereaksi secara langsung setelah anak mengonsumsi makanan manis. Dalam beberapa kasus, efeknya baru muncul dengan jeda waktu, bahkan bisa sampai satu hari setelahnya.
Anak yang sebelumnya tampak tenang bisa menjadi sangat aktif di malam hari, sulit tidur, dan terus bergerak seolah masih memiliki banyak energi. Kondisi ini terjadi karena tubuh masih beradaptasi dengan kadar gula yang tinggi dan perubahan hormon yang memengaruhi tingkat energi.
Konsumsi gula berlebih pada balita juga berpotensi menyebabkan gangguan tidur berkepanjangan.
Anak yang terlalu sering mengalami sugar rush biasanya sulit untuk tertidur nyenyak, mudah terbangun di malam hari, atau justru tidak bisa tidur sama sekali. Akibatnya, waktu istirahat berkurang dan berpengaruh pada konsentrasi serta suasana hati keesokan harinya.
Selain mengganggu tidur, asupan gula berlebih dapat memicu masalah kesehatan lain seperti obesitas, gangguan metabolisme, hingga kerusakan gigi. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengontrol jumlah gula tambahan dalam makanan dan minuman anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar konsumsi gula tambahan pada anak tidak melebihi 10 persen dari total kebutuhan energi harian, atau setara dengan sekitar 3–4 sendok teh untuk balita. Banyak produk makanan kemasan dan minuman manis yang tampak aman namun sebenarnya mengandung gula tersembunyi dalam jumlah tinggi.
Untuk mencegah sugar rush, orang tua dapat mengganti makanan tinggi gula dengan camilan sehat seperti buah segar, yogurt tanpa pemanis, atau kudapan buatan rumah yang lebih alami.
Pola makan seimbang dengan karbohidrat kompleks, protein, serta sayur dan buah juga membantu menjaga kestabilan energi anak sepanjang hari.
Mengatur konsumsi gula sejak dini bukan berarti melarang anak menikmati rasa manis, tetapi mengajarkan mereka pentingnya keseimbangan. Dengan cara ini, anak tetap bisa ceria dan sehat tanpa harus terjebak dalam efek “energi palsu” dari sugar rush(*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
