Lalu, anak saya meluruskan pernyataannya itu. “Itu yah, komen yang masuk ke instagram anaknya Pak Rektor.”
Oh, ternyata komen netizen lebih dahsyat. Jadi sangat wajar, akhirnya sang anak rektor yang juga masih kuliah di Unila itu, menutup fitur komentar instagramnya.
Pastilah komen anak saya tersebut tidak benar. Sebab UKT (Uang Kuliah Tunggal) itu masuk ke rekening resmi Unila.
Rupanya itu sekadar ungkapan kekesalan mereka. Sebab Prof. Karomani yang saat itu menjabat rektor, tidak mengabulkan gugatan mereka agar UKT dikurangi selama masa pandemi Covid-19 dulu.
Pada hari pertama penangkapan, pandangan saya terhadap Aom tetap tidak berubah. Geser sedikit. Tapi tak begitu banyak.
Bahkan saya masih mengirimkan WA ke HP Bang Aom. Isinya, menyatakan bahwa saya masih tak yakin Aom terlibat dalam kasus suap menyuap itu.
WA saya sempat masuk 2 kali. Meski sudah contang 2. Namun tidak juga contang biru hingga hari ini.
Di beberapa grup WA saya juga menberikan komen yang isinya berupa doa agar Bang Aom dinyatakan tidak terlibat. Kemudian dilepas KPK. Banyak juga yang membalasnya dengan kata Aamiin.
Hari Sabtu itu saya memang seharian di rumah saja. Saya menyimak perkembangan penangkapan Aom melalui berbagai media online dan juga siaran televisi.
Eh, secara kebetulan saya melihat tayangan Unila TV. Siaran televisi komunitas milik Unila yang memang dapat ditonton secara jelas melalui TV siaran digital.
Sekitar pukul 13.45 WIB itu, Unila TV menayangkan wawancara Aom. Kebetulan tema yang diangkat adalah tentang petingnya sikap dan integritas moral seorang pemimpin. Karena menarik, maka siaran itu saya videokan dengan ponsel.
Saya terkesima dengan pernyataan Aom saat itu. “Seorang pemimpin harus sudah selesai degan urusan dirinya sendiri”.
Dia katakan, di keluarganya masih ada yang membutuhkan pekerjaan.
“Tapi saya kumpulkan mereka. Saya katakan jangan ada di antara kalian meminta pekerjaan atau apapun ke saya. Ya sudah selesai. Jadi kita selesaikan dengan keluarga kita. Jangan sampai mengganggu kinerja kita. Apalagi menyuburkan KKN. Tidak boleh. Itu mengganggu institusi kita,” ujar Aom.
Keren kan.
Saya tidak tahu kenapa program itu tetap ditayangkan saat Aom ditangkap KPK. Bisa jadi, itu sudah program yang terjadwal. Atau bisa jadi wawancara itu disiarkan berulang-ulang setiap harinya.