SAAT ditanya kata-kata Tiongkok yang menginspirasinya, Ketua Yayasan Senopati Chandra Wurianto alias Hu Jianzhang 胡建章 mengirim kalimat filosofis, "只要有共鸣, 无声亦动听; 流水不因石而阻, 你我不因远而疏!"
Cara membacanya, Zhǐ yào yǒu gòng míng, wú shēng yì dòng tīng; liú shuǐ bù yīn shí ér zǔ, nǐ wǒ bù yīn yuǎn ér shū!
Kira-kira artinya, asalkan bisa sama-sama pengertian, tak bersuara pun tetap enak didengar. Air yang mengalir tidak akan tertahan meski ada batu; aku dan kamu tidak akan menjauh meski terpisah jarak dan waktu.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Owner Karebosi Condotel Makassar Hasan Basri, Si Hai Wei Jia
Artinya, perbedaan tak akan pernah jadi masalah, jika kita mau memahami satu sama lain.
Tuhan, kalau dalam bahasa Al Quran surat Al-Hujurat ayat 13, memang sengaja menciptakan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Tujuannya tak lain supaya saling mengenal (lita'aarafuu).
Falsafah kebangsaan kita, yang diambil dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular juga mengajarkan hal sama.
Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi satu jua.
Demikian juga ajaran Tiongkok. Dalam kitab I Ching (易经) ditegaskan, "天下同归而殊途, 一致而百虑" (tiān xià tóng guī ér shū tú, yī zhì ér bǎi lǜ).
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Balerina Helena Aprilia, Zhuan Xin Yi Zhi
Terjemahan bebasnya, di bawah langit semuanya bermuara pada tempat yang sama, namun jalannya beraneka. Bersatu, namun terdiri dari beragam pemikiran.
Melalui beberapa yayasan sosial dan pendidikan yang diketuainya, persatuan dalam keberagaman itulah yang diperjuangkan Chandra beserta kawan-kawannya.
Ia mungkin ingin mengamalkan petuah Bung Karno, Persatuanlah yang kelak kemudian membawa kita ke arah terkabulnya impian kita. Indonesia merdeka! (*)