Data lain menyebutkan, dari 187 negara menunjukan adanya penurunan jumlah langkah sebanyak hampir 30%.
“Mungkin karena di rumah saja jadi cendrung malas - malasan. Sehingga waktu sedenter (waktu dimana tidak beraktivitas fisik, red) meningkat,” kata Felicia.
Waktu sedenter ini meningkat, juga dikarenakan banyak waktu yang digunakan hanya untuk duduk. Misal saat meeting melalui Zoom dan bekerja di depan laptop.
“Karena itu tadi, kalau misalnya di kantor mungkin ada waktunya jalan ke ruang meeting atau toilet. Tapi begitu di rumah semuanya dalam jangkauan sehingga jumlah langkahnya juga berkurang,” ujar Felicia.
BACA JUGA:Brisia Jodie Minta Maaf Kepada Marion Jola, Kenapa Ya?
Kemudian adanya larangan keluar rumah, membuat hampir 40% orang menghabiskan waktu lebih dari 5 jam per hari di depan layar dengan tujuan hiburan.
Seperti membuka media sosial atau menonton. Padahal sebelum pandemi jumlahnya hanya 11%.
Felicia mengatakan, adanya perubahan pada pola makan dan aktivitas masyarakat memberikan efek negatif pada kesehatan.
Antara lain masalah kelebihan energi akibat pola hidup tidak sehat dan berat badan bertambah yang berujung pada penyakit - penyakit kronis.
BACA JUGA:Siap-siap, Pemkot Metro Akan Segera Ketatkan KTR di Kota Metro
“Ternyata kebiasaan - kebiasaan yang ada pada saat pandemi itu membuat pola makan masyarakat menjadi semakin buruk dan penurunan aktivitas fisik,” tuturnya.
Sementara itu, Jurnalis Kompas.id, Ahmad Arif menyampaikan, berdasarkan hasil survei menunjukan, masyarakat mendapatkan sebagian besar informasi tentang sains (termasuk kesehatan) dari media massa.
Namun yang menjadi masalah, misinformasi terkait masalah kesehatan termasuk yang paling banyak beredar di masyarakat. Contohnya pada saat pandemi COVID - 19 kemarin.
Bahayanya, informasi yang salah atau tidak memadai tentang masalah medis dapat mematikan.
BACA JUGA:Arab Saudi Izinkan Perempuan Ibadah Haji dan Umrah Tanpa Mahram
“Karenanya disini media memegang peranan penting. Karena tanpa verifikasi informasi dari media terkait informasi yang beredar di masyarakat, khususnya sosal media akan menyebabkan adanya misinformasi,” pungkas Arif. (*)