Tidak hanya terjadi di wilayah lokal. Namun berdampak pada kehidupan laut dan kondisi iklim berbagai belahan dunia.
Untuk Indonesia, El Nino berdampak pada musim kemarau panjang yang berbahaya.
Di mana, terjadi kekeringan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), gagal panen, polusi sampai gangguan teknologi penerbangan dan pelayaran.
BACA JUGA: Siaga El Nino Ekstrem, Pemerintah Siapkan Teknologi Modifikasi Cuaca
Selain itu, dampak fenomena El Nino adalah timbulnya berbagai jenis penyakit. Mulai dari demam berdarah, flu, infeksi saluran pernapasan akut sampai penyakit kulit.
Dampak terparah dari serangan El Nino adalah gagal panen. Ini bakal berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Selain, tangkapan ikan nelayan juga bakal terdampak.
Untuk Indonesia, tercatat hanya dua provinsi aman dari serangan El Nino yang diperkirakan bakal terjadi Agustus mendatang.
Dua wilayah tersebut adalah adalah Provinsi Riau dan Papua Barat.
BACA JUGA: Tidak Hanya Berpotensi Sebabkan Kekeringan, El Nino Bisa Munculkan Karhutla
Kedua provinsi ini aman dari serangan El Nino lantaran memiliki intensitas hujan di atas 100 mm per bulan.
Meski disebut aman dari serangan El Nino, tapi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tetap memperkuat koordinasi dengan Pemprov Riau.
Tujuannya guna mengantisipasi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada musim kemarau di wilayah tersebut.
Diketahui, BMKG memprediksi musim kemarau pada 2023 bakal jauh lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir sejak 2020.
BACA JUGA: Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Hadapi El Nino
Kepala BMKG Dwikora Karnawati menuturkan, diperkirakan minggu ke empat Februari terjadi kemarau pertama.
Sementara Maret dan April bakal memasuki musim hujan. Selanjutnya periode Mei mengering. Dilanjutkan dengan Juni hingga September kemarau kering.