Bima juga menyinggung tentang bangsa yang paling beradab dan beretika. Ia menegaskan bahwa etika seharusnya tidak mengambil hak orang lain dan mendominasi suara.
Ia menyarankan agar semua orang menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang baik dan saling menghargai.
Sebaliknya, banyak warganet yang menyatakan dukungan mereka terhadap kritik yang diberikan oleh Bima untuk kebaikan masyarakat Indonesia.
BACA JUGA:Kartu Prakerja Gelombang 52 Dibuka Mei 2023, Catat 6 Kesalahan Ini Buat Kamu Gagal Diterima
Mereka menunjukkan pengertian terhadap pernyataan Bima dan menilai bahwa kritiknya bermaksud baik untuk memperbaiki kondisi di Lampung.
Namun, ada juga beberapa warganet yang mengkritik Bima tanpa memahami konteks pernyataannya dan hanya mengomentari video lama yang dibagikan oleh Bima sebelum ia menjadi viral.
Hal ini menunjukkan bahwa beberapa orang tidak memahami situasi dan hanya memberikan tanggapan tanpa memahami konteks yang sebenarnya.
Dalam komentar @me kmla, ia menyatakan bahwa sopan santun sebenarnya adalah bahasa tubuh, sedangkan pikiran tidak membutuhkan sopan santun.
BACA JUGA:Puluhan Pejabat Pemkab Pesisir Barat Dimutasi, Ada yang Naik Eselon II
Ia menganggap bahwa ketajaman argumen lebih penting daripada sopan santun, dan mendukung semangat yang ditunjukkan oleh Bima.
Sementara itu, @kklmdni mengusulkan untuk menghindari konflik dan mempermudah dengan men-skip dan block orang-orang yang tidak setuju.
Dalam video singkatnya, Bima Yudho kembali menyuarakan kritiknya terhadap pemerintahan yang viral.
Ia juga mengatakan bahwa pandangan orang banyak lebih mengedepankan etika dan ilmu, dan menegaskan bahwa etika adalah nomor satu dibandingkan kejujuran.
BACA JUGA:Kamar Hunian Warga Binaan Pemasyarakatan Rutan Krui Dirazia, Ini Hasilnya
Bima juga menantang orang-orang untuk membuktikan bahwa mereka dapat membangun infrastruktur tanpa korupsi, dan mempertanyakan apakah Indonesia, yang dianggap memiliki budaya sopan, dapat maju lebih baik daripada Australia.
Dalam hal ini, Bima mengajak untuk menyelesaikan perbedaan pandangan secara konstruktif dan mencari solusi untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. (*)