Mayat-mayat yang tertimbun kemudian menghasilkan banyak tumpukan tulang.
Tulang Bawang dalam bahasa Lampung juga bisa diartikan sebagai rawa.
Adapun puncak kejayaan kehidupan politik pada masa kejayaannya.
BACA JUGA: Kisah Nabi Musa yang Kembali Ke Mesir
Kerajaan Tulang Bawang memiliki sistem pemerintahan demokratis yang dikenal dengan Marga.
Marga dalam bahasa Lampung disebut dengan kata Mego atau Megau dan megolo.
Sebutan tersebut berarti marga yang utama masuknya yang harus ditaati.
Pemerintahan adat dalam Kerajaan Tulang Bawang dipimpin oleh Kebuayan atau sebutan bagi Kepala Marga.
BACA JUGA: Hanya 2 Jam Naik Pesawat dari Lampung, 8 Fakta Destinasi Wisata Candi Prambanan yang Perlu Diketahui
Tulang Bawang awalnya dibagi dalam tiga Kebuayan di antaranya Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu.
Kemudian ditambahkan lagi dengan pembentukan Buay Aji pada sekitar tahun 1914.
Kerajaan Tulang Bawang menganut sebuah adat yang disebut Pepadun.
Dalam hal ini, Pepadun diartikan sebagai kondisi dimana setiap lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama.
BACA JUGA: Kisah Nabi Musa yang Pergi Meninggalkan Mesir Menuju Kota Madyan
Kesempatan yang sama disini terutama untuk menduduki kekuasaan.
Karena itulah pemimpin adat selalu berganti-ganti, baik dari segi kerahnya dalam menentukan status sosial.