Kemudian naik menjadi 67,2% pada 2023. Kendati demikian, Solichin mengakui porsinya masih dominan di UMKM.
"Pembiayaan hijaunya mencapai 7,3%. Tapi kalau pertanyaannya adalah komitmen, kami siap jangka menengah dan jangka panjang. Karena saat ini potensinya adalah untuk negara seperti Indonesia profilnya masih dominan di pembiayaan UMKM," tuturnya.
Adapun di tataran operasional untuk mengimplementasikan ESG roadmap, BRI melakukan Eco-Operational Efficiency.
Dengan tujuan menurunkan emisi perusahaan yang bersumber dari kegiatan operasional. BRI pun melakukan Carbon Avoidance Initiative.
BACA JUGA:Ada Sistem Baru dalam Pembagian Beras Tahap Dua, Muncul Kekhawatiran Keterlambatan Penyaluran
Harapannya akan sejalan dengan National Determined Contribution (NDC) yang ditetapkan pemerintah.
Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui inisiatif Zero Waste to Landfill Programme, seperti penggunaan mobil dan motor listrik sebagai kendaraan operasional kantor, serta mengajak masyarakat, terutama Desa BRILiaN dan nasabah KUR BRI untuk menjaga lingkungan melalui program BRI Menanam.
BRI dalam ESG roadmap-nya dapat menurunkan emisi sekitar 30%-40%. Dalam hal ini, menurut Solichin, BRI melibatkan berbagai stakeholder terlebih masyarakat, di mana perseroan mengambil pula porsi literasi.
Ini mengingat literasi menjadi penting dan tentu tidak bisa menjadi tanggung jawab dari Pemerintah saja, tapi industri juga harus berperan besar.
BACA JUGA:Bank Sudah Survey Tapi Pinjaman KUR BCA Gagal Cair? Ternyata Ini Penyebabnya
"Literasi yang kami lakukan adalah kepada pekerja, nasabah, dan juga kepada masyarakat. Jadi intinya, kalau kita bicara target 2060, kami di BRI yakin bahwa itu akan bisa tercapai dengan kolaborasi dan dukungan dari seluruh para pemangku kepentingan," tutup Solichin. (*)