Dengan hasil evaluasi kegiatan didapatkan peningkatan pengetahuan peserta dalam upaya pencegahan gangguan kesehatan mata.
Selain itu, dijelaskannya gangguan penglihatan dan kebutaan merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang besar diseluruh dunia.
Penelitian yang dilakukan di 98 negara didapatkan gangguan penglihatan dialami 216 juta penduduk dunia dan 36 juta orang masuk dalam kategori buta. Penyakit yang menyebabkan gangguan penglihatan yaitu kelainan refraksi (116 juta), katarak (56 juta), degenerasi makula yang berhubungan dengan usia (8,4 Juta), glaukoma (4 juta), dan retinopati diabetik( 0,2 juta).
Penyakit yang menyebabkan kebutaan, bebernya, yaitu katarak (12 juta), kelainan refraksi (7.4 juta), dan glaukoma (2,9 juta).
Kelainan ini diprediksi meningkat 3 kali lipat di tahun 2050 jika tidak dilakukan upaya yang sistematis untuk mendeteksi dan tatalaksana awal untuk mencegah keparahan dari penyakit tersebut.
International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB), imbuhnya, melaporkan sebanyak 35 juta penduduk Indonesia menderita gangguan penglihatan dan 3,7 juta di antaranya masuk dalam kriteria buta.
Penyebab utama kebutaan di Indonesia berdaraskan studi di 15 provinsi adalah katarak (81,2%), kelainan refraksi tak terkoreksi (23,8%), penyakit pada segmen posterior mata (6,1%), dan glaukoma (1,8%)3.
”Kebutaan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan upaya deteksi dini dan tatalaksana segera. Penyakit mata yang menyebabkan kebutaan yang menetap adalah degenerasi makula akibat usia, glaukoma dan retinopati diabetik. Kelainan ini berkontribusi terhadap kebutaan di seluruh dunia dan di Indonesia,” jelasnya.
Penyakit-penyakit ini menurutnya masih dapat dihambat progresivitasnya apabila ditemukan dalam stadium dini dan penerapan kebiasaan pola hidup yang sehat.
Upaya untuk menurunkan angka kebutaan pun terus dilakukan. nternational Agency for the Prevention of Blindness mencanangkan World Sight Day (WSD) atau hari penglihatan sedunia yang diperingati pada bulan Oktober setiap tahunnya.
Peringatan pada tahun ini memfokuskan pada upaya pencegahan dan deteksi dini kelainan pada mata. Pemeriksaan mata secara berkala setiap 1-2 tahun sekali, pembatasan menggunaan gawai sesuai dengan tingkat usia, dan penggunaan alat pelindiung diri dari paparan sinar ultra violet merupakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah kebutaan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari penyuluhan tentang program 3 P dalam pencegahan gangguan penglihatan dan tanya jawab dengan peserta penyuluhan. Kegiatan ini dilakukan di ruang tunggu poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah.
Penyampaian materi menggunakan layer monitor televisi selama 15 menit.
”Pada kegiatan ini dilakukan evaluasi awal dan evaluasi akhir menggunakan kuisoner tyang menilai pengetahuan peserta tentang pencegahan gangguan kesehatan mata. Skor nilai pre-test dan post- test dibandingkan setelah kegiatan. Kegiatan dianggap berhasil apabila tingkat pengetahuan menjadi lebih baik dengan indikator nilai post-test yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre-test.
Ada paun materi penyuluhan yang diberikannya meliputi 3 program pencegahan (3 P). Prilaku pertama yaitu mengenai edukasi pentingnya pemeriksaan mata secara teratur 1-2 kali setahun walaupun tidak didapatkan keluhan pada mata. Hal ini bermanfaat unutk melakukan deteksi dini terhadap timbulnya penyakit kronik yang asimptomatis seperti penyakit glaukoma dan retinopati diabetik.
Perilaku kedua yaitu pembatasan terhadap penggunaan gawai dalam hal batasan usia yang diperbolehkan menggunakan gawai dan batasan waktu penggunaan berdasarkan usia.