Kemudian penggunaan probiotik dari jenis bakteri fotosintesis dan probiotik jenis lactobacillus.
"Bahkam sampai ada seleksi benur yang lulus uji virus dan uji laboratorium penyakit udang, namun tetap belum dapat mengatasi masalah ini," ungkapnya.
Sementara Kepala Kampung Bumi Dipasena Jaya Dediyono menjelaskan, kondisi tersebut menyebabkan kesulitan pada perekonomian masyarakatnya, khususnya para petambak.
BACA JUGA: Intip Pesona Villa Rosa Mandiri, Penginapan View Laut di Lampung yang Estetik dan Menenangkan
Diterangkannya, saat ini produksi udang di wilayahnya hanya berkisar antara 5 sampai 10 ton per hari.
Padahal sebelumnya produksi udang bisa mencapai 80 sampai 100 ton per hari.
Dedi mengungkapkan, akibat kondisi ini tidak sampai 10 persen petambak yang bisa panen sampai selesai.
"Itupun keuntungan mereka tidak signifikan karena berhasil sekali, gagalnya berkali-kali," terangnya.
BACA JUGA: 5 Hotel Syariah di Bandar Lampung Dengan Tarif Dibawah Rp 200 Ribu, Lokasi Dekat Pusat Kota
Akibat kondisi sulit ini, banyak warganya terpaksa beralih profesi mencari tambahan penghasilan lain di luar wilayah pertambakan.
"Macam-macam, ada yang terpaksa menjadi kuli upah, babat rumput di perkebunan sawit, tebang pohon tebu, dan ikat padi yang roboh," ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, ada yang menjadi asisten rumah tangga guna menyambung hidup keluarga mereka.
Kondisi tersebut menyebabkan banyak area petak pertambakan di wilayah setempat yang terlantar akibat kehabisan modal. (*)