Guru tidak mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Akibatnya, pembelajaran tidak kontekstual.
Sedangkan bahan ajar yang disiapkan pemerintah masih belum sesuai dengan konteks dan potensi daerah yang dimiliki.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bersifat kontekstual. Karena dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, siswa akan dihadapkan pada dunia nyata sesuai dengan teori yang telah mereka pelajari selama pembelajaran berlangsung.
BACA JUGA:4 Kriteria Status Kelulusan SKD Sekolah Kedinasan 2024, Ini Kode yang Harus Diketahui
Siswa akan menghubungkan apa yang dipelajari dengan kenyataan yang mereka hadapi dalam keseharian mereka.
Untuk mengkontekstualkan pembelajaran di kelas, bisa dilakukan melalui penanaman nilai-nilai kearifan lokal di mana siswa berada (Utari, 2016).
Mengingat bahwa karakteristik setiap daerah sangatlah multikultur (beragam) baik dari masyarakatnya maupun ragam budaya yang dimiliki.
Maka perlu dilakukan identifikasi unsur budaya lokal yang beragam yang diaktualisasikan dalam sumber belajar berbasis multikultural dengan tujuan untuk menjadikan kelas lebih aktif guna mencapai pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta didik dapat belajar sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Bahan ajar tematik integratif berbasis multikultural akan semakin menarik minat peserta didik jika ditransformasikan penyajiannya ke dalam bentuk elektronik sehingga dikenal modul virtual atau modul elektronik (e-modul).
Dengan 10 menggunakan modul elektronik berbasis pendidikan multikultural ini dapat membantu proses pembelajaran karena lebih memudahkan guru maupun siswa, karena dapat diakses secara offline dan tidak harus 3 mengeluarkan banyak biaya karena berbentuk soft file (Susanti dalam Edi W dan Dona Dinda P, 2018).
BACA JUGA:Tiga Tempat Wisata Ini Jadi Sasaran Pemeriksaan BPTD Kelas II Lampung, Ada Apakah?
Berdasarkan kenyataan di atas, tenaga pendidik harus mengembangkan bahan ajar yang memuat pendidikan multikultural dengan salah satunya dapat ditransformasikan dalam bentuk soft file.
Yakni, salah satunya adalah E-Modul dengan pelatihan pembuatan E-Modul tematik Kearifan lokal berbasis pendidikan multikultural di wilayah Lampung itu sendiri, mengingat di Provinsi Lampung kaya akan keragaman sejarah, adat dan budaya.
Berlatar belakang hal tersebut, Tim Dosen Universitas Lampung (Unila) melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural Bagi Kelompok Kerja Guru (KKG) Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Waykanan.