Benarkah Ada Kebohongan Yang Bisa Ditolerir, Begini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Senin 30-09-2024,12:03 WIB
Reporter : Aditya Damara
Editor : Ari Suryanto

Menurut Ustadz Adi Hidayat, berbohong hukumnya haram atau dosa, namun haram ini diikat oleh suasana niatnya hati. Meski begitu ada kebohongan yang diperbolehkan.

"Berbohong itu apa hukumnya? hukum asalnya dosa, haram. Tapi haram ini diikat oleh suasana niatnya hati. Karena nanti ada kebohongan-kebohongan yang ditolerir," ujar Ustadz Adi Hidayat.

Nah, menurut Ustadz Adi Hidayat, kebohongan dalam bentuk tadlis atau yang bisa ditolerir adalah untuk menghindari satu keburukan. 

"Misalnya kebohongan dalam bentuk tadlis. Tadlis itu bukan niat bohong, tapi memalingkan satu perkataan yang tidak sama dengan apa yang di hati untuk menghindari satu keburukan yang dalam," ungkap Ustadz Adi Hidayat.

BACA JUGA:Mudah dan Praktis! Begini Caara Buka RDN di BRImo untuk Investasi Pertama Kamu

Lanjut Adi Hidayat, ada kisahnya Nabi Ibrahim saat bertemu dengan raja. Raja tersebut mempunyai kebiasaan yang aneh yaitu suka mengambil istri orang. Hal ini sebagaimana disampaikan TerasGorontalo dari kanal YouTube Ceramah Pendek.

Bagi raja tersebut, setiap wanita yang telah menikah mempunyai keistimewaan. Istimewanya karena laki-laki yang menikahi wanita tersebut melihat keistimewaan. Raja ini lalu ingin mengetahui keistimewaan wanita yang telah dinikahi oleh seorang laki-laki. 

Saat Nabi Ibrahim bertemu dengan raja, ia bersama dengan istrinya Sayyidah Sarah mendatangi raja, karena Nabi Ibrahim mengetahui perlakuan raja akhirnya Nabi Ibrahim berbohong (Tadlis).

Saat sang raja bertanya, siapa wanita yang datang bersamamu ? Nabi Ibrahim pun menjawab dia saudariku.

BACA JUGA:Benjamin Netanyahu Didemo Puluhan Ribu Warga Israel, Ini Penyebabnya

"Kata Nabi Ibrahim, Ini saudari saya. Padahal itu siapa? Istrinya, tapi jawaban beliau saudari saya. Dalam hati diniat mengatakan ukhti fil Islam saudari saya dalam Islam. Bukankah semuanya saudara dalam keislaman?," ujar Ustadz Adi Hidayat.

Menurut Rahmat Kurniawan di dalam bukunya yang berjudul "Mulai Kembali ke Titik Nol", kebohongan pada dasarnya dilarang.

Namun, ada tiga situasi di mana kebohongan diperbolehkan: saat berperang, saat bertugas sebagai juru damai, dan saat suami berbohong untuk menyenangkan istrinya.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Kebohongan diperbolehkan dalam tiga hal, laki-laki yang berbohong dalam peperangan, mendamaikan di antara yang bertikai, dan laki-laki yang berbohong kepada istrinya untuk membuatnya ridha,".

1. Berbohong dalam Keadaan Berperang

BACA JUGA:Harus Tahu! Ini 4 Bahaya Oli Palsu untuk Kendaraan, Jangan Sampai Tertipu

Kategori :