Waspada Musim Pancaroba, Dinkes Bandar Lampung Ingatkan Potensi Peningkatan Kasus DBD dan ISPA
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Muhtadi Arsyad Tumenggung.-Foto Anggi Rhaisa/Radar Lampung-
RADARLAMPUNG.CO.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandar Lampung mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dua penyakit yang kerap melonjak saat musim pancaroba, yakni Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terlebih saat musim pancaroba.
Kepala Dinas Kesehatan Bandarlampung, Muhtadi A. Tumenggung, Kamis, 23 Oktober 2025 mengatakan bahwa perubahan cuaca yang tidak menentu, dari panas ke hujan atau sebaliknya, memicu meningkatnya risiko penyakit menular.
“Pada musim pancaroba, daya tahan tubuh masyarakat biasanya menurun. Selain itu, kondisi lingkungan yang lembap dan banyak genangan air menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama DBD,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Bandarlampung, Muhtadi A. Tumenggung.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bandarlampung, sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat 357 kasus DBD, dengan 21 kasus baru pada bulan September.
BACA JUGA:Waspada! Penyakit Musim Pancaroba Mulai Mengintai
Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan sebaran kasus cukup luas, dengan 78 kelurahan berstatus endemis dan 48 kelurahan tergolong sporadis.
Tiga wilayah dengan jumlah kasus tertinggi pada data tahun 2024 masih menjadi perhatian utama, yakni Puskesmas Rajabasa Indah dengan 49 kasus, disusul Puskesmas Bakung 34 kasus, dan Puskesmas Sumur Batu 29 kasus.
“Kalau kita lihat dari trennya, memang ada peningkatan dibandingkan tahun lalu. Karena itu, kami terus memperkuat upaya pencegahan dengan menggandeng seluruh unsur masyarakat,” ungkap Muhtadi.
Dalam upaya menekan penyebaran DBD, Dinas Kesehatan bersama seluruh puskesmas di Bandar Lampung melakukan berbagai langkah konkret, mulai dari penyuluhan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) tempat penampungan air hingga pemberdayaan kader kesehatan di tingkat kelurahan.
BACA JUGA:Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Selama Pancaroba
“Puskesmas secara rutin memberikan edukasi kepada masyarakat agar aktif melakukan 3M. Kami juga bekerja sama dengan kader di kelurahan untuk memantau kondisi lingkungan. Jika ada laporan kasus DBD, puskesmas akan segera turun melakukan penyelidikan epidemiologi di sekitar rumah pasien dan area sekitarnya,” jelasnya.
Selain itu, apabila hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif DBD, dilakukan fogging fokus untuk membunuh nyamuk dewasa di area sekitar penderita serta pemberian abate pada penampungan air masyarakat.
“Fogging hanya efektif untuk nyamuk dewasa, sementara jentik nyamuk harus diberantas melalui gerakan 3M. Karena itu, partisipasi masyarakat menjadi faktor utama keberhasilan dalam memutus mata rantai penyebaran nyamuk Aedes aegypti,” tegas Muhtadi.
Ia menambahkan, pengawasan juga dilakukan melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang bertugas memastikan tidak ada jentik nyamuk di rumah-rumah warga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
