Bupati Lampung Selatan Egi Respon Aspirasi Warga Blora Soal Jalan, Ini Komitmennya
Bupati Lampung Selatan Egi Respon Aspirasi Warga Blora Soal Jalan, Ini Komitmennya--dok Pemkab Lampung Selatan
RADARLAMPUNG.CO.ID-Peringatan Tahun Baru Islam sekaligus Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 Dusun Blora di Desa Sukamulya, Kecamatan Palas, yang digelar pada malam Sabtu, 28 Juni 2025, menjadi momen penting bagi pemerintah setempat untuk merespons keluhan warga terkait kondisi infrastruktur jalan yang rusak.
Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, hadir dalam acara yang juga diisi dengan pagelaran budaya wayang kulit dan apresiasi terhadap semangat gotong royong masyarakat.
Dalam sambutannya, Bupati menuturkan bahwa sekitar 40 persen ruas jalan di Lampung Selatan saat ini masih memerlukan perbaikan, namun keterbatasan anggaran fiskal membuat pemerintah harus menetapkan prioritas.
Ia menyampaikan bahwa perbaikan jalan di Dusun Blora akan menjadi fokus pembangunan pada 2026, sementara tahun ini perhatian difokuskan ke Jalan Bumi Daya. Ia juga meminta Camat untuk terus menyalurkan aspirasi masyarakat agar terealisasi dengan baik.
BACA JUGA:Hadiri Wisuda Universitas Islam An Nur, Bupati Lamsel Egi Anggarkan Rp 11 Miliar untuk Jalan
Ketua Dewan Adat Desa Sukamulya, Sutikno, menyebut bahwa perayaan ini merupakan wujud kekompakan masyarakat secara swadaya.
Ia meminta agar jalan penghubung dari Balai Desa menuju kandang sapi yang selama ini rusak bisa segera diperbaiki karena jalur tersebut sangat vital bagi perekonomian lokal yang bergantung pada produksi bata, genteng, dan tungku.
Warga setempat berharap pembangunan akses jalan ini akan meningkatkan kelancaran usaha dan pendapatan mereka.
Bupati Egi juga menyampaikan bahwa dirinya secara pribadi siap memberikan bantuan ketika dukungan pemerintah dinilai belum mencukupi.
BACA JUGA:Bupati Egi Buka Jalan Kerja Sama Lampung Selatan dengan China dan Jepang
Di sela-sela acara, ia menyerahkan wayang secara simbolis kepada tokoh masyarakat sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian budaya lokal, terutama budaya Jawa yang dipegang oleh masyarakat transmigran dari Blora dan Yogyakarta.
Secara keseluruhan, acara tersebut tidak hanya menjadi perayaan tradisi dan budaya, tetapi juga menjadi momen penting perwujudan respons pemerintah terhadap aspirasi warga, khususnya dalam perbaikan infrastruktur yang mendesak untuk mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
