Lampung Perlu Pendeteksi Banjir

Lampung Perlu Pendeteksi Banjir

radarlampung.co.id - Provinsi Lampung, perlu memiliki alat pendeteksi banjir untuk memantau tinggi rendahnya air saat musim penghujan.

Hal tersebut diungkapkan Akademisi UBL (Universitas Bandarlampung) Agus Sukotjo saat mengisi Focus Group Discussion (FGD) di Ruang Rapat, Lantai 3, Gedung Rektorat, Kampus UBL.

Menurutnya, dalam mengatasi banjir di propinsi Lampung, perlu sebuah alat pendeteksi yang menggunakan Tekhnologi IOT (Internet of Thing). Alat tersebut sebagai antisipasi jika terjadi ketinggian air.

\"Tekhnologi IOT sangat mudah dan murah digunakan, bahkan anak SMK juga bisa membuatnya. Dengan alat ini tentu sangat membantu, nanti alat ini akan ditempatkan di sungai dan akan ada keterangan siaga 1 sampai siaga 3 dengan memantaunya menggunakan monitor. sistem kerjanya hanya hitungan detik. Jadi ini adalah kondisi lokal dan solusi lokal,\" ungkap Agus.

Sementara, Aprizal menjelaskan, kondisi hujan yang tinggi, perlu diantisipasi agar dampak yang terjadi tidak begitu meluas. Dimana ada tiga dampak yang terjadi jika terjadinya banjir.

Ketiganya yakni dampak primer, sekunder dan tersier atau jangka panjang. Untuk Dampak premier termasuk kerusakan fisik, seperti bangunan, jembatan. Sedangkan dampak sekunder, seperti kontaminasi air, penyakit, kurangnya air bersih.

\"Nah, dampak lain yang muncul adalah dampak tersier yakni menyangkut perekonomian, seperti menurunnya jumlah wisatawan di Lampung, harga makanan naik, dan lain sebagainya,\" ujar Aprizal.

Dari dampak-dampak tersebut, Aprizal juga memberikan metode struktural dalam mengatasi banjir, yakni bangunan pengendali banjir serta sistem perbaikan dan pengaturan sungai.

\"Penambahan embung juga menjadi salah satu metode mengurangi banjir, selain untuk mengurangi potensi debit air, juga mengurangi sedimentasi yang mungkin akan turun ke daerah hilir. Selain itu juga pembuatan polder, yang mana ini cocok di daerah-daerah pantai. Hal ini bisa dibilang juga sebagai tempat parkir air, apabila nanti air laut tidak tinggi maka bisa dikeluarkan lagi,\" jelasnya. (gie/rls/yud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: